Minggu, 30 Maret 2014

sejarah ranah nata nan datar



TARIKH
TAHUN RIWAYAT DAN KHABAR


Salah satu Kota Tua yang terkenal namanya sekarang adalah Natal yang telah diresmikan oleh Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak tahun 1946 waktu Asisten Wedananya H.Sjariful Alamsjah (Sibolga) *16 yang diwariskan oleh kolonial sejak tahun 1492 –1496.*13 Kemudian dinamakan oleh bangsa Portugis tahun 1525.*13,oleh Inggeris tahun 1672 .*01  dan tahun 1762 oleh Belanda .*13  serta Jepang ditahun 1942 dengan nama Nataru.
Selama 421 tahun diabadikan oleh kolonial dan dilanjutkan oleh Pemerintah selama 54 tahun yang berjumlah 475 tahun sudah , sedangkan masyarakat adat Ranah Nata sudah 1 Alaf (1000 tahun) .*21  lamanya menamakan tanah ulayat nenek moyangnya dengan nama Ranah Nata. Tak ada seorangpun masyarakat adat Ranah Nata yang menambah huruf el (L) atau er (R) atas nama kampung halamannya itu kecuali masyarakat yang manda atau pendatang ke Ranah Nata.
          Sebenarnya , namanya adalah Ranah Nata yang dinamakan oleh saudagar Arab Ibnu Bathuthah pada abad ke – 7 atau tahun 1325 – 1350 .*02, sewaktu mereka singgah dari sebuah ranah yang mereka buka untuk lokasi penggergajian kayu yang mereka namakan Sing Kwang atau Tanah Baru .*21. Sewaktu beliau singgah,pada waktu itu terjadi acara hukuman terhadap seorang terhukum dengan cara didera diatas sebuah bukit kecil yang sekarang bernama Bukik Bandera. Sebenarnya adalah Bukit Mandera yaitu bukit tempat mendera .*13. Karena keterharuan Ibnu Bathuthah mendengar suara jeritan dari seseorang yang berasal dari sebuah bukit kecil itu, lalu beliau menamakannya Ranah Nata.
Ranah Nata berasal dari dua kata bahasa Arab yaitu Ranah  *14  dan  Nata *14  .
Ranah artinya “ Jeritan “.*14 , sedangkan Nata atinya “ Bukit Kecil “.*14  dan untuk   lebih   jelasnya  buka buku Qamus  Al- Idris   Marbawiy  halaman 251 dan 298 oleh Syekh Muhammad Idris al- Marbawiy al-Azhari , terbitan CV.Karya Insani Indonesia. Nama Ranah Nata  kemudian diperkuat oleh Datuk Imam dan Pangeran Indra Sutan yang datang ke Ranah Nata di abad ke 17 dengan mendirikan Kerajaan Ranah Nata di Malako yang berpusat di Padang Malako .13.
         Kita sama mengetahui bahwa pada zaman dulu perhubungan adalah melalui laut dan untuk itu mereka masuk ke Ranah Nata dari Air Bangis dan Indrapura dengan memasuki Kuala Tuo mengharungi sungai Batangnata. .*13  Mereka singgah di sebuah tempat yang bernama Tanjung Bungo untuk melepaskan lelah dan shalat Zhuhur. Setelah mereka makan dan sambil istirahat, Datuk Imam melantunkan sebuah pantun yang berbunyi :

Daun pauoh daun barambang ,
Bungo tanjuong di padeta
Dari jauoh kito datang ,
Sampei ka kampuong Ranah Nata.

kemudian Pangeran Indra Sutan menjawabnya dengan sebuah pantun pula yaitu :

Laweh lauiknyo Ranah Nata ,
Alang lauik manyembah ikan
Lapeh ensuik duduok basanda ,
Kanyang paruik sasudah makan

 Acara berbalas pantun ini dimeriahkan oleh Puti Rani dan Puti Ratiah yang ikut bersama mereka dengan membawa sebatang aur duri, sebatang pinang, sebungkal tanah, setagik air dan seekor anak buaya sambil menuju sebuah biduk tambangan yang bernama Ajung. Setelah mereka melanjutkan perjalanan , mereka singgah dan menambatkan ajung mereka dimudik sungai Pinang sambil melihat kemana arah tujuan akan mendirikan sebuah pemukiman mereka. Lebih kurang 400 meter dari persinggahan mereka, lalu meninggalkan tempat tambatan ajung tersebut yang kemudian dinamakan Labuhan Ajung , menuju sebuah tempat ulayat padang yang luas dan dinamakan mereka Padang Malako.
Sewaktu kedatangan mereka, jauh sebelumnya dibagian ranah tepi pantai sudah ada orang-orang Bugis sekitar  tahun + 900 dizaman Nabi Sulaiman As,sedangkan bagian pedala mannya dihuni oleh orang Batak (baca Mandailing ) *21 
         Sesudah kedatangan Ibnu Bathuthah, pada tahun 1412 didatangi pula oleh Syekh Maghribi Maulana Malik Ibrahim dan disusul oleh saudagar China H.Sham Poboo pada tahun 1416 dan tahun 1513  mendirikan penggergajian kayu di Singkuang.
Kembali orang-orang  Si Patokah datang untuk kedua kalinya di tahun 1525 dan pada saat inilah mereka namakan Ranah Nata menjadi Natal karena pelabuhan serta pemandangannya mirip dengan Natal yang berada di Propvinsi Durban Afrika Selatan dan juga Natal yang ada di Amerika Selatan.
Satu –satunya peninggalan sejarah dari Ibnu Bathuthah adalah masuknya Agama Islam ke Ranah Nata bersamaan waktunya dengan masuknya Agama Islam ke Tanah Fansyuri di Barus dan nama Ranah Nata yang diberikan oleh Ibnu Bathuthah untuk mengenang kisah hukuman yang terjadi di Bukik Bandera
Berbicara masalah nama Bukik Bandera, selain dari kisah terhukum tersebut diatas, ada dua versi lainnya yaitu :

1.    Bukit Bendera yang berasal dari cerita masuknya H.Sham Poboo ke Singkuang tahun 1513, dimana sewaktu beliau singgah ke Ranah Nata dan hendak memasuki Kualo Tuo , mereka melihat sebuah bendera berwarna putih, berkibar diatas sebuah bukit sebagai pertanda bahwa mereka tidak dibenarkan untuk memasuki Ranah Nata.
2.    Bukit Bendera yang berasal dari Gugung (bukit kecil), dimana pada tempat tersebut tumbuh sebatang pohon durian di Simpang Gugung dan di puncaknya dipasang sebuah bendera putih, sedangkan di puncak Bukik Bandera dipasang sebuah tonggak atau tiang berwarna merah. Perbuatan ini adalah untuk membuka jalan lurus ke daerah pesisir pantai dari puncak Bukik Bandera ke Gugung.dan untuk itulah makanya jalan Mandailing Nata terdapat jalan lurus di tanah ulayat Perlak Talas Kampung Sawah yang dibangun oleh Alexander Philips Godon pada tahun 1848 bersama Yang Dipertuan Huta Siantar yang peresmian pembangunan jalan ini diresmikan oleh Jenderal van Switen pada tahun 1851 dan pada waktu inilah masuknya orang Melayu di daerah pesisir pantai dibawah pemerintahan kontler KJ.Jellinghaus dan kemudian digantikan oleh AW. Van Ophuysen si tokoh bahasa Melayu Indonesia pada tahun 1852.
3.    Adapun peninggalan sejarah dari bangsa China adalah nama Singkuang dan Kunkun. Disebabkan         mereka membuka pemukiman baru pengger gajian kayu dihutan Singkuang Ranah Nata, maka tempat tersebut dinamakan Sing Kwang yang berarti Tanah Baru. Sedangkan tempat peristirahatan mereka         disuatu tempat bermain-main yang dalam bahasa China dinamakan Kun – kun yang berarti berleha - leha.
Mengenai Ulayat Ranah Nata atau yang disebut Ranah Nata itu secara geografis,terdapat beberapa istilah antara lain yaitu ;
1.      “ Dari lambah Sorik Marapi inggo ka tapi ombak nan badabuoh “  yang di Indonesiakan berarti dari lembah Sorik Merapi ( Batangnata ) sampai ketepi ombak yang berdebur          ( Pesisirbarat ). Jadi, yang termasuk dalam “ Lembah Sorik Merapi “ adalah Kecamatan Batangnata, Linggobayu dan Rantobaek , sedangkan yang termasuk dalam “ Ombak yang berdebur “ adalah Kecamatan Nata, Batahan , Muara Batanggadis dan Sinunukan.
2.      “ Diantaro Batu Nan Ampek “ yang di Indonesiakan berarti di antara batu yang empat. Yang dimaksud dengan “ Batu Nan Ampek “ adalah sebagai berikut ;
a.       Batu Bakuduong yaitu sebuah batu yang pontong. Batu ini mewakili pesisir pantai bagian Tenggara yang termasuk dalam ulayat Kecamatan Batahan. Kenapa dikatakan Batu Bakuduong ? Hal ini mengingatkan kisah penetapan Sisi Pancang Kedaulatan  ( Sipadan ) untuk Daerah Tugas Kerajaan ( Datuk ) antara Kerajaan Batahan dengan Kerajaan Air Bangis yang merupakan batas antara Sumatera Utara dengan Sumatera Barat. Dalam hal ini ada istilah yaitu “ dari durian di takuok Rajo inggo ka bukik nan indak ba acek “ yaitu mulai dari batang durian yang dipatuk oleh Raja sampai ke bukit yang tidak berpacat.
b.      Batu Mundam yaitu sebuah batu yang berbentuk batok kelapa atau tempurung yang terdapat di pesisir pantai bagian Barat Laut di Kecamatan Muara Batanggadis (Mubadis) yang juga mempunyai legenda dalam cerita Puti Berambang Sari, yaitu legenda tentang asal usul nama-nama tempat di sepanjang pantai,mulai dari Batu Bakuduong sampai  ke Batu Mundam  yaitu berasal dari sebuah timba tempu rung kelapa yang dipakai oleh Puti Berambang Sari sewaktu dikejar Rajo Biluluok yang melarikan diri bersama suaminya dan lalu karam di Samudera Indonesia.

c.       Batu Sondat yaitu sebuah nama tempat yang berada dibagian pedalaman Kerajaan Batahan yang merupakan tapal batas dibagian pedalaman dipenjuru bagian Timur Laut.

d.      Batu Gajah yaitu sebuah tempat di Kerajaan Lubu yang dirikan oleh Raja Angkola Si Hitam Lidah terdapat di Simpang Talam , pedalaman bagian Timur Ranah Nata yang termasuk dalam Kecamatan Batangnata.
3.      “ Diantaro Batang nan Ampek “ yaitu di dalam aliran sungai yang empat yaitu ;
a.       Batang Batahan yaitu alur perhubungan Kerajaan Batahan yang di dirikan oleh Sutan Rangkayo Majo Dirajo tahun 1711 yang datang dari Indopuro, Ujung Gading
Ibukota kerajaan di Kampuong Godang Sopobolo.
b.      Batang Nata yaitu alur perhubungan Kerajaan Ranah Nata dan Kerajaan Linggo bayu. Kerajaan Ranah Nata didirikan oleh Datuk Imam tahun 1700 dari Air Bangis bersama Pangeran Indra Sutan dari Indopuro berkedudukan di Padang Malako dan kemudian pindah ke Kampuong Bukik. Adapun Kerajaan Linggobayu adalah peme karan dari Kerajaan Ranah Nata yang didirikan oleh Pangeran Indra Sutan yang beribu kota di Simpang Bajambah.
c.       Batang Kunkun yaitu alur perhubungan Kerajaan Kinondom yang didirikan oleh Sutan Tiansyah dari Bengkulu yang berkedudukan di Simpang Sao, kemudian pin dah ke Bintuas.
d.      Batang Gadih yaitu alur perhubungan Kerajaan Singkuang yang didirikan oleh Raja Merangkat berkedudukan di Singkuang Kecamatan Mubadis. 


     Sumber : Saff Ra Alisyahbana