TARIKH
TAHUN RIWAYAT DAN KHABAR
Salah satu Kota
Tua yang terkenal namanya sekarang adalah Natal yang telah diresmikan oleh
Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak tahun 1946 waktu Asisten
Wedananya H.Sjariful Alamsjah (Sibolga) *16 yang diwariskan oleh
kolonial sejak tahun 1492 –1496.*13 Kemudian dinamakan oleh bangsa
Portugis tahun 1525.*13,oleh Inggeris tahun 1672 .*01
dan tahun 1762 oleh Belanda .*13 serta Jepang ditahun 1942
dengan nama Nataru.
Selama 421 tahun
diabadikan oleh kolonial dan dilanjutkan oleh Pemerintah selama 54 tahun yang
berjumlah 475 tahun sudah , sedangkan masyarakat adat Ranah Nata sudah 1 Alaf
(1000 tahun) .*21 lamanya menamakan tanah ulayat nenek
moyangnya dengan nama Ranah Nata. Tak ada seorangpun masyarakat adat Ranah Nata
yang menambah huruf el (L) atau er (R) atas nama kampung halamannya itu kecuali
masyarakat yang manda atau pendatang ke Ranah Nata.
Sebenarnya , namanya adalah Ranah Nata yang dinamakan oleh saudagar Arab Ibnu
Bathuthah pada abad ke – 7 atau tahun 1325 – 1350 .*02, sewaktu
mereka singgah dari sebuah ranah yang mereka buka untuk lokasi penggergajian
kayu yang mereka namakan Sing Kwang atau Tanah Baru .*21. Sewaktu
beliau singgah,pada waktu itu terjadi acara hukuman terhadap seorang terhukum
dengan cara didera diatas sebuah bukit kecil yang sekarang bernama Bukik
Bandera. Sebenarnya adalah Bukit Mandera yaitu bukit tempat mendera .*13.
Karena keterharuan Ibnu Bathuthah mendengar suara jeritan dari seseorang yang
berasal dari sebuah bukit kecil itu, lalu beliau menamakannya Ranah Nata.
Ranah Nata
berasal dari dua kata bahasa Arab yaitu Ranah *14
dan Nata *14 .
Ranah artinya “ Jeritan “.*14 , sedangkan Nata atinya
“ Bukit Kecil “.*14 dan untuk lebih jelasnya
buka buku Qamus Al- Idris Marbawiy halaman 251 dan 298 oleh Syekh Muhammad Idris al- Marbawiy al-Azhari , terbitan
CV.Karya Insani Indonesia. Nama Ranah Nata kemudian diperkuat oleh Datuk
Imam dan Pangeran Indra Sutan yang datang ke Ranah Nata di abad ke 17 dengan
mendirikan Kerajaan Ranah Nata di Malako yang berpusat di Padang Malako .13.
Kita sama mengetahui bahwa pada zaman dulu perhubungan adalah melalui laut dan
untuk itu mereka masuk ke Ranah Nata dari Air Bangis dan Indrapura dengan
memasuki Kuala Tuo mengharungi sungai Batangnata. .*13 Mereka
singgah di sebuah tempat yang bernama Tanjung Bungo untuk melepaskan lelah dan
shalat Zhuhur. Setelah mereka makan dan sambil istirahat, Datuk Imam
melantunkan sebuah pantun yang berbunyi :
Daun pauoh daun
barambang ,
Bungo tanjuong di
padeta
Dari jauoh kito
datang ,
Sampei ka
kampuong Ranah Nata.
kemudian Pangeran
Indra Sutan menjawabnya dengan sebuah pantun pula yaitu :
Laweh lauiknyo
Ranah Nata ,
Alang lauik
manyembah ikan
Lapeh ensuik
duduok basanda ,
Kanyang paruik
sasudah makan
Acara
berbalas pantun ini dimeriahkan oleh Puti Rani dan Puti Ratiah yang ikut
bersama mereka dengan membawa sebatang aur duri, sebatang pinang, sebungkal
tanah, setagik air dan seekor anak buaya sambil menuju sebuah biduk tambangan
yang bernama Ajung. Setelah mereka melanjutkan perjalanan , mereka singgah dan
menambatkan ajung mereka dimudik sungai Pinang sambil melihat kemana arah
tujuan akan mendirikan sebuah pemukiman mereka. Lebih kurang 400 meter dari
persinggahan mereka, lalu meninggalkan tempat tambatan ajung tersebut yang
kemudian dinamakan Labuhan Ajung , menuju sebuah tempat ulayat padang yang luas
dan dinamakan mereka Padang Malako.
Sewaktu
kedatangan mereka, jauh sebelumnya dibagian ranah tepi pantai sudah ada
orang-orang Bugis sekitar tahun + 900 dizaman Nabi Sulaiman As,sedangkan
bagian pedala mannya dihuni oleh orang Batak (baca Mandailing ) *21
Sesudah kedatangan Ibnu Bathuthah, pada tahun 1412 didatangi pula oleh Syekh
Maghribi Maulana Malik Ibrahim dan disusul oleh saudagar China H.Sham Poboo
pada tahun 1416 dan tahun 1513 mendirikan penggergajian kayu di
Singkuang.
Kembali
orang-orang Si Patokah datang untuk kedua kalinya di tahun 1525 dan pada
saat inilah mereka namakan Ranah Nata menjadi Natal karena pelabuhan serta
pemandangannya mirip dengan Natal yang berada di Propvinsi Durban Afrika
Selatan dan juga Natal yang ada di Amerika Selatan.
Satu –satunya
peninggalan sejarah dari Ibnu Bathuthah adalah masuknya Agama Islam ke Ranah
Nata bersamaan waktunya dengan masuknya Agama Islam ke Tanah Fansyuri di Barus
dan nama Ranah Nata yang diberikan oleh Ibnu Bathuthah untuk mengenang kisah
hukuman yang terjadi di Bukik Bandera
Berbicara masalah
nama Bukik Bandera, selain dari kisah terhukum tersebut diatas, ada dua versi
lainnya yaitu :
1.
Bukit Bendera yang berasal dari cerita
masuknya H.Sham Poboo ke Singkuang tahun 1513, dimana sewaktu beliau singgah ke
Ranah Nata dan hendak memasuki Kualo Tuo , mereka melihat sebuah bendera
berwarna putih, berkibar diatas sebuah bukit sebagai pertanda bahwa mereka
tidak dibenarkan untuk memasuki Ranah Nata.
2.
Bukit Bendera yang berasal dari Gugung
(bukit kecil), dimana pada tempat tersebut tumbuh sebatang pohon durian di
Simpang Gugung dan di puncaknya dipasang sebuah bendera putih, sedangkan di
puncak Bukik Bandera dipasang sebuah tonggak atau tiang berwarna merah.
Perbuatan ini adalah untuk membuka jalan lurus ke daerah pesisir pantai dari
puncak Bukik Bandera ke Gugung.dan untuk itulah makanya jalan Mandailing Nata
terdapat jalan lurus di tanah ulayat Perlak Talas Kampung Sawah yang dibangun
oleh Alexander Philips Godon pada tahun 1848 bersama Yang Dipertuan Huta
Siantar yang peresmian pembangunan jalan ini diresmikan oleh Jenderal van
Switen pada tahun 1851 dan pada waktu inilah masuknya orang Melayu di daerah
pesisir pantai dibawah pemerintahan kontler KJ.Jellinghaus dan kemudian
digantikan oleh AW. Van Ophuysen si tokoh bahasa Melayu Indonesia pada tahun
1852.
3.
Adapun peninggalan sejarah dari bangsa
China adalah nama Singkuang dan Kunkun. Disebabkan
mereka membuka pemukiman baru
pengger gajian kayu dihutan Singkuang Ranah Nata, maka tempat tersebut
dinamakan Sing Kwang yang berarti Tanah Baru. Sedangkan tempat peristirahatan
mereka disuatu tempat
bermain-main yang dalam bahasa China dinamakan Kun – kun yang berarti berleha -
leha.
Mengenai Ulayat
Ranah Nata atau yang disebut Ranah Nata itu secara geografis,terdapat beberapa
istilah antara lain yaitu ;
1.
“ Dari lambah Sorik Marapi inggo ka tapi ombak nan badabuoh “ yang di
Indonesiakan berarti dari lembah Sorik Merapi ( Batangnata ) sampai ketepi
ombak yang berdebur (
Pesisirbarat ). Jadi, yang termasuk dalam “ Lembah Sorik Merapi “ adalah
Kecamatan Batangnata, Linggobayu dan Rantobaek , sedangkan yang termasuk dalam
“ Ombak yang berdebur “ adalah Kecamatan Nata, Batahan , Muara Batanggadis dan
Sinunukan.
2.
“ Diantaro Batu Nan Ampek “ yang di Indonesiakan berarti di antara batu yang
empat. Yang dimaksud dengan “ Batu Nan Ampek “ adalah sebagai berikut ;
a.
Batu Bakuduong yaitu sebuah batu yang pontong. Batu ini mewakili pesisir pantai
bagian Tenggara yang termasuk dalam ulayat Kecamatan Batahan. Kenapa dikatakan
Batu Bakuduong ? Hal ini mengingatkan kisah penetapan Sisi Pancang
Kedaulatan ( Sipadan ) untuk Daerah Tugas Kerajaan ( Datuk ) antara
Kerajaan Batahan dengan Kerajaan Air Bangis yang merupakan batas antara
Sumatera Utara dengan Sumatera Barat. Dalam hal ini ada istilah yaitu “ dari
durian di takuok Rajo inggo ka bukik nan indak ba acek “ yaitu mulai dari
batang durian yang dipatuk oleh Raja sampai ke bukit yang tidak berpacat.
b.
Batu Mundam yaitu sebuah batu yang berbentuk batok kelapa atau tempurung yang
terdapat di pesisir pantai bagian Barat Laut di Kecamatan Muara Batanggadis
(Mubadis) yang juga mempunyai legenda dalam cerita Puti Berambang Sari, yaitu
legenda tentang asal usul nama-nama tempat di sepanjang pantai,mulai dari Batu
Bakuduong sampai ke Batu Mundam yaitu berasal dari sebuah timba
tempu rung kelapa yang dipakai oleh Puti Berambang Sari sewaktu dikejar Rajo
Biluluok yang melarikan diri bersama suaminya dan lalu karam di Samudera
Indonesia.
c.
Batu Sondat yaitu sebuah nama tempat yang berada dibagian pedalaman Kerajaan
Batahan yang merupakan tapal batas dibagian pedalaman dipenjuru bagian Timur
Laut.
d.
Batu Gajah yaitu sebuah tempat di Kerajaan Lubu yang dirikan oleh Raja Angkola
Si Hitam Lidah terdapat di Simpang Talam , pedalaman bagian Timur Ranah Nata
yang termasuk dalam Kecamatan Batangnata.
3.
“ Diantaro Batang nan Ampek “ yaitu di dalam aliran sungai yang empat yaitu ;
a.
Batang Batahan yaitu alur perhubungan Kerajaan Batahan yang di dirikan oleh
Sutan Rangkayo Majo Dirajo tahun 1711 yang datang dari Indopuro, Ujung Gading
Ibukota kerajaan
di Kampuong Godang Sopobolo.
b.
Batang Nata yaitu alur perhubungan Kerajaan Ranah Nata dan Kerajaan Linggo
bayu. Kerajaan Ranah Nata didirikan oleh Datuk Imam tahun 1700 dari Air Bangis
bersama Pangeran Indra Sutan dari Indopuro berkedudukan di Padang Malako dan kemudian
pindah ke Kampuong Bukik. Adapun Kerajaan Linggobayu adalah peme karan dari
Kerajaan Ranah Nata yang didirikan oleh Pangeran Indra Sutan yang beribu kota
di Simpang Bajambah.
c.
Batang Kunkun yaitu alur perhubungan Kerajaan Kinondom yang didirikan oleh
Sutan Tiansyah dari Bengkulu yang berkedudukan di Simpang Sao, kemudian pin dah
ke Bintuas.
d.
Batang Gadih yaitu alur perhubungan Kerajaan Singkuang yang didirikan oleh Raja
Merangkat berkedudukan di Singkuang Kecamatan Mubadis.
Sumber : Saff Ra Alisyahbana