Jumat, 27 November 2015

larangan anak -anak bermain diluar rumah sewaktu maghrib ternyata bukan sekedar mitos

Biasanya orang tua yang mengetahui anaknya tengah main saat harusnya orang shalat maghrib tersebut langsung menyuruh anaknya untuk masuk ke rumah. Konon mitos larangan keluar saat maghrib ini dikarenakan banyak setan atau jin yang bergentayangan di luaran sana. Namun jika waktu maghrib sudah berlalu, orang tua pun membiarkan kembali anak-anaknya untuk bermain di luar.




Tentunya bagi umat Islam, pelarangan yang dilakukan oleh orang tua tersebut hanya merupakan mitos yang disampaikan secara turun temurun. Biasanya orang tua yang melarang hal tersebut juga pernah mengalami larangan oleh kakek atau neneknya dan tidak mengetahui apakah larangan tersebut ada dalam Al Quran ataupun Hadist.

Namun ternyata setelah diselidiki, memang ada dalam Hadist Nabi dijelaskan bahwa saat maghrib, setan dan jin tengah berkeliaran. Benarkah hal tersebut? Bisakah dijelaskan dengan cara ilmiah? Ternyata sekali lagi Al Quran memang menjadi sebuah kitab yang kebenarannya tidak diragukan lagi dan bisa dijelaskan dengan ilmiah.

Isi hadist tersebut berbunyi “Jangan kalian membiarkan anak-anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam” (Dari Jabir dalam Shahih Muslim).

Dalam Shahih Muslim juga dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Jika sore hari mulai gelap, tahanlah bayi-bayi kalian sebab iblis mulai bergentayangan pada saat itu. Jika sesaat dari malam telah berlalu, maka lepaslah mereka, kunci pintu rumah dan sebutlah nama Allah sebab setan tidak membuka pintu yang tertutup. Dan tutup rapat tempat air kalian dan sebutlah nama Allah dan tutup tempat makanan kalian dan sebutlah nama Allah meskipun kalian mendapatkan sesuatu padanya”.

Hadist yang disampaikan tadi ternyata bisa dijelaskan secara ilmiah. Hal ini dijelaskan oleh Prof.DR.ir H. Osly Rachman, MS dalam buku yang berjudul “The Science Of Shalat” terbitan Qultummedia. Penulis tersebut menyampaikan bahwa saat menjelang maghrib, alam akan berubah spektrum cahaya berwarna kemerahan. Cahaya tersebut merupakan gelombang elektromagnetik yang setiap warnanya memiliki perbedaan energi, frekuensi serta panjang gelombang yang berbeda.

Perubahan spektrum tersebut ternyata selaras dengan frekuensi bangsa jin dan iblis yaitu spektrum merah. Iblis dan Jin akan bertambah kuat karena memiliki gelombang yang sama dengan alam dunia. Dengan tumpang tindihnya gelombtempat yang sepi atau melemparkan batu ke air.

Meski awalnya hanya sebuah mitos, namun dengan mengetahuinya bahwa Rasulullah pun menjelaskannya dalam hadist dan bisa dijelaskan secara ilmiah, sudah sepatutnya untuk kita sebagai orang tua agar menjaga anak-anak kita dari waktu tersebut. Alangkah baiknya juga melaksanakan shalat maghrib berjamaah baik itu di Masjid ataupun di rumah bagi perempuan agar terhindar dari gangguan setan dan jin.ang membuat penglihatan seperti tak jelas dan terjadi fatamorgana.

Agama Islam menjelaskan bahwa setan akan datang bersamaan dengan datangnya malam untuk tujuan mencari tempat tinggal. Bahkan dikatakan bahwa setan yang satu akan takut pada setan yang lainnya sehingga mereka harus mencari tempat berlindung akan hal tersebut.

Dengan gerak berkecepatan melebihi manusia, setan-setan tersebut akan mencari tempat berlindung seperti wadah kosong, rumah kosong dan bahkan duduk diantara orang-orang yang tengah duduk. Manusia tidak akan menyadarinya karena memang setan tidak kasat mata. Setan hanya ingin berlindung dari penindasan setan lain yang berkeliaran di dunia luar. Secara singkat hanya setan yang kuatlah yang bisa berkeliaran dengan bebas.

Kadang setan menggangu anak kecil agar bisa mendapat tempat bernaung. Bahkan dalam popok bayi yang kotor pun setan akan berlindung. Ini karena popok yang kotor terdapat najis dan setan menyukai hal tersebut sebagai tempat berlindung.

Bagi Anda sebagai orang tua tentu beberapa pernah melihat anak-anak yang menjerit tiba-tiba dan bahkan menggelepar dalam tidurnya. Itu dikarenakan gangguan iblis yang merasukinya agar bisa menjadi tempt bernaung.

Saat maghrib pun kita disarankan untuk menjauhi hewan-hewan seperti kucing, burung serta mengurangi kecepatan saat berkendaraan. Karena bisa jadi kita akan menabrak hewan yang sudah dirasuki oleh setan.


Sumber : kabarmekkah.com

Senin, 16 November 2015

PANDANGAN KH ARIFIN ILHAM TENTANG UMAT ISLAM SAAT INI


Dalam fanpage KH Arifin Ilham, beliau menjelaskan tentang kondisi umat Islam saat ini.
Berikut isi status beliau:
"Assalaamu alaikum wa rahmatullah wa barkaatuhu. ALLAHU AKBAR kini kita hidup di era penuh tantangan, godaan, fitnah, kezholiman, ma’siyat sampai masa bodoh. Kaum kuffar yg terus memperangi bahkan setiap hari kita dapat menyaksikan saudara kita dibunuh krn mereka Muslim, demikian kaum musyrikiin, didukung oleh kaum faasiqiin dan munafiqiin yg boleh jadi mereka beragama Islam tetapi anti Syriat Allah, pobia Islam, mendukung bahkan bekerja sama hingga sampai membuka jalan kekufuran dan kemusyrikan berkuasa.

Sementara yg mengaku muslim sendiri banyak yg terlena dunia ma’siyat dan berbuat zholim pada saudaranya, plus dg muslim yg asyik dg dirinya, hobbynya, masa bodoh, cuek, seakan akan tidak ada terjadi apa apa. Kadang pada keluarga sendiri yg jauh dari Islam, belum lagi perpecahan umat Islam yg semakin memperparah keadaan umat mulia ini.

SubhanAllah keadaan ini persis yg telah Rasulullah sampaikan 15 abad silam, dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu maula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau berkata, “Hampir terjadi keadaan yang mana ummat-ummat lain akan mengerumuni kalian bagai orang-orang rakus yang makan mengerumuni makanannya”, Salah seorang sahabat berkata, “Apakah karena sedikitnya kami ketika itu?”. Nabi berkata: Bahkan, pada saat itu kalian banyak jumlahnya, tetapi kalian bagai ghutsa’ (buih kotor yang terbawa air saat banjir). Pasti Allah akan cabut rasa segan yang ada didalam dada-dada musuh kalian, kemudian Allah campakkan kepada kalian rasa wahn”. Kata para sahabat, “Wahai Rasulullah, apa Wahn itu?

Beliau bersabda, “Cinta dunia dan takut mati”
(HR Abu Daud no. 4297, Ahmad 5/278).

Lantas bagaimana sikap kita, shabatku?!
Semakin TAKUTLAH kepada ALLAH
TETAPKAN diri dalam ISTIQOMAH
Bangunlah sholat malam, selalu berjamaah di mesjid,
Hidupkan hati selalu berzikir, selalu jaga wudhu,
HIDUPKAN SUNNAH RASULULLAH
Jaga, bimbing, selamatkan KELUARGA
BERGABUNGLAH dg para SAHABAT SHOLEH
Dengar nasehat dan berguru pada ULAMA ISTIQOMAH
HADIRILAH majlis ilmu dan zikir
Maksimalkan perhatian, pikiran, harta dan doa terhadap KEADAAN UMAT terutama saudara saudara kita yg ditindas

SEDERHANALAH, jangan banyak tertawa, jaga perasaan.
“How can we sleep on the blood of syuhada Palestina, Afghan, Irak, Syuria, Africa…”

Tetaplah BANGGA dg ISLAM
Teruslah BERDA’WAH

Sungguh sikap ini memang berat kadang dianggap asing, aneh, kampungan, sok alim, ekstrem bahkan dituduh teroris.

Rasulullah bersabda, “Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana munculnya. Karena itu, BERUNTUNGLAH ORANG ORANG YANG ‘ASING’” (HR Muslim). “Akan datang kepada manusia masa (ketika) orang yang bersabar menjalankan agamanya di antara mereka seperti memegang bara api” (HR. Tirmidzi).
ALLAHUMMA ya ALLAH selamat kami, keluarga kami, negeri kami, seluruh umat Rasulullah yg sangat kami cintai…aamiin.

Abang menangis menulis ini, kita berduka dg tragedi Paris tetapi hati ini luka bersedih menyaksikan pembantaian Palestina, Afghan, Syuria, Irak, Afrika Tengah Dan Rohigya. Abang sayang kalian karena Allah, jangan lupa sebelum rehat malam ini berwudhu, berdoa, berzikir dan berazam untuk sholat malam…"

Minggu, 08 November 2015

Dialog Sang Proklamator Dengan seorang Sufi


 Mungkin ini adalah pertemuan sakral yang dialami oleh Prof. DR. H. Kadirun Yahya, Msc – seorang angkatan 1945, ahli sufi, ahli fisika dan pernah menjabat sebagai rektor Universitas Panca Budi, Medan – dengan Presiden RI pertama Ir. Soekarno.


Ia bersama rombongan saat itu diterima di beranda Istana Merdeka (sekitar bulan Juli 1965) bersama dengan Prof. Ir. Brojonegoro (alm), Prof. dr. Syarif Thayib, Bapak Suprayogi, Admiral John Lie, Pak Sucipto Besar, Kapolri, Duta Besar Belanda.

“Wah, pagi-pagi begini saya sudah dikepung oleh 3 Profesor-Profesor” kelakar Ir. Soekarno membuka dialog ketika menemui rombongan Prof. Kadirun Yahya beserta rombongan. Kemudian Presiden Soekarno mempersilakan rombongan tamunya untuk duduk.

“Profesor Kadirun Yahya silakan duduk dekat saya”, pinta presiden Soekarno kepada Prof. Kadirun Yahya, terkesan khusus.

“Professor, ik horde van jou al sinds 4 jaar, maar nu pas onmoet ik jou, ik wou je eigenlijk iets vragen (saya dengar tentang engkau sudah sejak 4 tahun, tapi baru sekarang aku ketemu engkau, sebenarnya ada sesuatu yang akan aku tanyakan padamu),” kata presiden Soekarno dengan bahasa Belanda.
“Ya, tentang apa itu Bapak Presiden…?”

“Tentang sesuatu hal yang sudah kira-kira 10 tahun, saya cari-cari jawabannya, tapi belum ketemu jawaban yang memuaskan. Saya sudah bertanya pada semua ulama dan para intelektual yang saya anggap tahu. Tetapi semua jawabannya tetap tidak memuaskan saya.”
“Lantas soalnya apa bapak Presiden?”

“Saya bertanya terlebih dahulu tentang yang lain, sebelum saya majukan pertanyaan yang sebenarnya” jawab Presiden Soekarno.
“Baik Presiden” kata Prof. Kadirun Yahya

“Manakah yang lebih tinggi, Presiden atau Jenderal atau Profesor dibanding dengan sorga?” tanya Presiden. “Sorga” jawab Prof.Kadirun Yahya.
“Accoord (setuju)”, balas Presiden terlihat lega.

Menyusul Presiden bertanya untuk soal berikutnya. “Lantas manakah yang lebih banyak dan lebih lama pengorbanannya antara pangkat-pangkat dunia yang tadi dibanding dengan pangkat sorga?” tanyanya.

“Untuk Presiden, Jenderal, Profesor harus berpuluh-puluh tahun berkorban dan ber-abdi pada Negara, nusa dan bangsa atau pada ilmu pengetahuan. Sedangkan untuk mendapatkan sorga harus berkorban untuk Allah segala-galanya. Berpuluh-puluh tahun terus menerus, bahkan menurut agama Hindu atau Budha harus beribu-ribu kali hidup dan berabdi, baru barangkali dapat masuk Nirwana,” jawab Prof. Kadirun.
“Accoord”, kata Bung Karno (panggilan akrab Presiden).

“Nu heb ik je te pakken Professor (sekarang baru dapat kutangkap engkau Profesor)” lanjut Bung Karno. Tampak mukanya cerah berseri dengan senyumnya yang khas. Dan kelihatannya Bung Karno belum ingin cepat-cepat bertanya untuk yang pokok masalah. “Saya cerita sedikit dulu” kata Bung Karno.
“Silakan Bapak Presiden”.

“Saya telah melihat teman-teman saya meninggal dunia lebih dahulu dari saya, dan hampir semuanya matinya jelek karena banyak dosa rupanya. Sayapun banyak dosa dan saya takut mati jelek. Maka saya selidiki Al-Quran dan Al-Hadits bagaimana caranya supaya dengan mudah hapus dosa saya dan dapat ampunan dan bisa mati tersenyum.”

“Lantas saya ketemu dengan satu Hadits yang bagi saya berharga. Bunyinya kira-kira sebagai berikut : Rasulullah berkata; Seorang wanita penuh dosa berjalan di padang pasir, bertemu dengan seekor anjing dan kehausan. Wanita tadi mengambil gayung yang berisikan air dan memberi minum anjing yang kehausan itu. Rasul lewat dan berkata: Hai para sahabatku. Lihatlah, dengan memberi minum anjing itu, hapus dosa wanita itu dunia dan akhirat. Ia ahli sorga”.

“Nah Profesor, tadi engkau katakan bahwa untuk mendapatkan sorga harus berkorban segala-galanya, berpuluh-puluh tahun untuk Allah baru dapat masuk sorga. Itupun barangkali. Sementara sekarang seorang wanita yang berdosa dengan sedikit saja jasa, itupun pada seekor anjing pula, dihapuskan Tuhan dosanya dan ia ahli sorga. How do you explain it Professor?” Tanya Bung Karno lanjut. Profesor Kadirun Yahya terlihat tidak langsung menjawab. Ia hening sejenak. Lantas berdiri dan meminta kertas.

“Presiden, U zei, det U in 10 jaren’t antwoord niet hebt kunnen vinden, laten we zien (Presiden, tadi bapak katakan dalam 10 tahun tak ketemu jawabannya, coba kita lihat), mudah-mudahan dengan bantuan Allah dalam 2 menit saja saya coba memberikan jawabannya dan memuaskan”, katanya.

Keduanya adalah sama-sama eksakta, Bung Karno adalah seorang insinyur dan Profesor Kadirun Yahya adalah ahli kimia/fisika.

Di atas kertas Prof. Kadirun mulai menuliskan penjelasannya.
10/10 = 1 ;
“Ya” kata Presiden.
10/100 = 1/10 ; “Ya” kata Presiden.
10/1000` = 1/100 ;
“Ya” kata Presiden.
10/10.000 = 1/1000 ;
“Ya” kata Presiden.

10 / ∞ (tak terhingga) = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
1000.000 … / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
(Berapa saja + Apa saja) /∞ = 0;
“Ya” kata Presiden.
Dosa / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden. ———————————————–“

Nah…” lanjut Prof,
1 x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden
½ x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
1 zarah x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
“… ini artinya, sang wanita, walaupun hanya 1 zarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing sekalipun, mengkaitkan, menggandengkan gerakannya dengan yang Maha Akbar.”

“Mengikutsertakan yang Maha Besar dalam gerakan-gerakannya, maka hasil dari gerakannya itu menghasilkan ibadah yang begitu besar, yang langsung dihadapkan pada dosa-dosanya, yang pada saat itu juga hancur berkeping-keping. Ditorpedo oleh PAHALA yang Maha Besar itu. 1 zarah x ∞ = ∞ Dan, Dosa / ∞ = 0.
Ziedaar hetantwoord, Presiden (Itulah dia jawabannya Presiden)” jawab Profesor.
Bung Karno diam sejenak . “Geweldig (hebat)” katanya kemudian. Dan Bung Karno terlihat semakin penasaran.

Masih ada lagi pertanyaan yang ia ajukan. “Bagaimana agar dapat hubungan dengan Tuhan?” katanya.

Profesor Kadirun Yahya pun lanjut menjawabnya. “Dengan mendapatkan frekuensi-Nya. Tanpa mendapatkan frekuensi-Nya tak mungkin ada kontak dengan Tuhan.”

“Lihat saja, walaupun 1 mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio dengan frekuensi yang tidak sama, maka radio kita itu tidak akan mengeluarkan suara dari zender tersebut. Begitu juga dengan Tuhan, walaupun Tuhan berada lebih dekat dari kedua urat leher kita, tak mungkin ada kontak jika frekuensi-Nya tidak kita dapati”, jelasnya.

“Bagaimana agar dapat frekuensi-Nya, sementara kita adalah manusia kecil yang serba kekurangan ?” tanya Presiden kemudian.

“Melalui isi dada Rasulullah” jawab Prof.

“Dalam Hadits Qudsi berbunyi yang artinya : Bahwasanya Al-Quran ini satu ujungnya di tangan Allah dan satu lagi di tangan kamu, maka peganglah kuat-kuat akan dia” (Abi Syuraihil Khuza’ayya.r.a), lanjutnya.

Prof menyambung, “Begitu juga dalam QS.Al-Hijr :29 – Maka setelah Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya sebagian rohKu, rebahkanlah dirimu bersujud kepadaNya”.

“Nur Illahi yang terbit dari Allah sendiri adalah tali yang nyata antara Allah dengan Rasulullah. Ujung Nur Illahi itu ada dalam dada Rasulullah. Ujungnya itulah yang kita hubungi, maka jelas kita akan dapat frekuensi dari Allah SWT”, kata Prof.

Prof melanjutkan, “Lihat saja sunnatullah, hanya cahaya matahari saja yang satu-satunya sampai pada matahari. Tak ada yang sampai pada matahari melainkan cahayanya sendiri. Juga gas-gas yang saringan-saringannya tak ada yang sampai matahari, walaupun ‘edelgassen’ seperti : Xenon, Crypton, Argon, Helium, Hydrogen dan lain-lain. Semua vacuum!
Yang sampai pada matahari hanya cahayanya karena ia terbit darinya dan tak bercerai siang dan malamnya dengannya. Kalaulah matahari umurnya 1 (satu) juta tahun, maka cahayanyapun akan berumur sejuta tahun pula. Kalau matahari hilang maka cahayanyapun akan hilang. Matahari hanya dapat dilihat melalui cahayanya, tanpa cahaya, mataharipun tak dapat dilihat”.

“Namun cahaya matahari, bukanlah matahari – cahaya matahari adalah getaran transversal dan longitudinal dari matahari  sendiri (Huygens)”, jelas Prof.

Prof menyimpulkan, “Dan Rasulullah adalah satu-satunya manusia akhir zaman yang mendapat Nur Illahi dalam dadanya. Mutlak jika hendak mendapatkan frekuensi Allah, ujung dari nur itu yang berada dalam dada Rasulullah harus dihubungi.”

“Bagaimana cara menghubungkannya, sementara Rasulullah sudah wafat sekian lama?” tanya Presiden. “

Prof menjawab, “Memperbanyak sholawat atas Nabi tentu akan mendapatkan frekuensi Beliau, yang otomatis mendapat frekuensi Allah SWT.
–Tidak kukabulkan doa seseorang, tanpa shalawat atas Rasul-Ku. Doanya tergantung di awang-awang – (HR. Abu Daud dan An-Nasay).

Jika diterjemahkan secara akademis mungkin kurang lebih : “Tidak engkau mendapat frekuensi-Ku tanpa lebih dahulu mendapat frekuensi Rasul-Ku”.

Sontak Presiden berdiri. “You are wonderful” teriaknya. Sejurus kemudian, dengan merangkul kedua tangan profesor, Presidenpun bermohon : “Profesor, doakan saya supaya dapat mati dengan tersenyum dibelakang hari nanti…


Sumber : http://www.muslimterbaru.com/dialog-sufi-presiden-sukarno-yang-menjawab-10-tahun-pertanyaan-belum-terjawab.html