Kebijakan pertama AP Godon adalah menyeimbangkan tujuan pemerintah colonial dengan kebutuhan penduduk Mandailing en Angkola. Ada dua program simultan yang dilaksanakan AP Godon. Pertama, program membuka jalan adalah membuka isolasi daerah dengan membuka transportasi (pembangunan jalan dan jembatan) antar Tanobato dengan pelabuhan Natal. Hal ini karena produksi kopi (hasil koffiecultuur yang dimulai sejak 1841) sudah menumpuk di gudang-gudang tetapi tidak tersalurkan dengan baik. Kedua, program introduksi pendidikan modern (aksara latin) yakni menyediakan pendidikan bagi anak-anak para pimpinan penduduk di Mandheling en Ankola. Program ini dianggap pemerintah sebagai kebutuhan yang sesuai dengan karakter penduduk Mandailing en Angkola.
Setelah selesainya pembangunan jalan yang menghubungkan Mandailing dan Natal maka pada tahun 1852 lambat laun produksi kopi mulai mengalir dari Mandailing dan Angkola ke pelabuhan Natal dan diteruskan ke Padang.Oleh karena kopi Mandailing dan Angkola terbilang unik dan memenuhi semua cita rasa di Eropa dan Amerika, maka harga kopi dari Mandailing dan Ankola pelan tapi pasti makin meningkat hingga kopi Mandailing dan kopi Angkola mendapat apresiasi harga tertinggi dunia sejak 1860-an hingga tahun 1920-an.
Meski terus diawasi secara ketat, para petani makin bergairah karena harga kopi Mandailing dan kopi Ankola yang terus merangsek naik menjadi dapat dirasakan oleh petani hingga sampai ke lereng-lereng gunung. Sistem cultuur stelsel (tanam paksa) yang dulunya menjadi sumber masalah (kerusuhan) mulai hilang sendirinya karena penduduk sendiri sudah proaktif menanam (bebas tanam).
Dengan situasi dan kondisi yang semakin kondusif di Mandailing en Ankola, situasi dan kondisi di Natal juga turut kondusif. Pada tahun 1853 controleur yang ditempatkan di Natal adalah JAW van Opuijsen.
JAW van Opuijsen adalah ayah dari Charles Adriaan van Ophuijsen. Kelak Charles Adriaan van Ophuijsen. Lebih dikenal sebagai guru terkenal di Padang Sidempuan (Kweekschool Padang Sidempuan).
Onderafdeeling Angkola maju pesat
Afdeeling Mandailing en Angkola terdiri dari empat onderafdeeling (Groot Mandailing, Klein Mandailing, Oeloe en Pakantan dan Angkola). Sentra koffiecultuur sendiri sesungguhnya hanya terdapat di onderfadeling Oeloe en Pakantan dan onderafdeeling Angkola. Dari dua onderafdeeling inilah produksi kopi secara besar-besaran mengalir ke pelabuhan Natal. Kopi asal dua sentra ini di pusat lelang di Padang diberi label yang terpisah: kopi Mandailing dan kopi Angkola.
Sejak 1843 di Angkola telah bekerja dengan baik dalam koffiecultuur WF Godin sebagai controleur. Pada tahun 1846 Godin digantikan oleh LB van Planen Patel, lalu pada tahun 1948 Patel digantikan KF Stijman, lalu tahun 1851 datang AJF Hamers (berakhir 1855). Masing-masing controleur ini dapat diterima penduduk/pemimpin di Angkola. Akibatnya produksi kopi Angkola tidak efisien lagi disalurkan via Natal (terlalu jauh).
AJF Hamers yang menjadi controleur Angkola selama lima tahun melihat situasi dan kondisi dengan cermat lalu mulai merintis membuka jalan antara Padang Sidempuan dengan Loemoet (pelabuhan sungai). Pada saat AP Godon cuti ke Belanda tahun 1857 (setelah lebih dari delapan tahun menjadi asisten Residen Mandailing en Ankola) di Angkola ditempat seorang controleur yang visioner, seorang sarjana bernama WA Hennij.
Mr. WA Hennij mengikuti program yang telah dijalankan oleh Hamers. WA Hennij lebih meningkatkan kapasitas (produktivitas kopi) dan efisiensi pengakutan (low cost). Karenanya WA Hennij sangat berhasil dalam perluasan areal kopi di Angkola, tidak hanya di Angkola Djae dan Angkola Doeloe tetapi juga ke Angkola Dolok (Sipirok) dan juga sangat berhasil dalam peningkatan mutu jalan/jembatan antara Padang Sidempuan-Loemoet. Semasa Hennij menjadi controleur Angkola, juga dibangun gudang besar di Djaga-Djaga (pelabuhan laut) yang dapat meningkatkan volume/tonase kapal untuk mengangkut kopi ke Padang.
Sumber : Akhir Matua Harahap (blog)
Nur Alamsyah Batubara AMB
Senin, 02 Januari 2017
Sejarah Kota Natal jilid V
lokasi : Natal, indonesia
Sei Kera Hilir I, Medan Perjuangan, Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)