Biasanya orang tua yang mengetahui anaknya tengah main saat harusnya orang shalat maghrib tersebut langsung menyuruh anaknya untuk masuk ke rumah. Konon mitos larangan keluar saat maghrib ini dikarenakan banyak setan atau jin yang bergentayangan di luaran sana. Namun jika waktu maghrib sudah berlalu, orang tua pun membiarkan kembali anak-anaknya untuk bermain di luar.
Tentunya bagi umat Islam, pelarangan yang dilakukan oleh orang tua tersebut hanya merupakan mitos yang disampaikan secara turun temurun. Biasanya orang tua yang melarang hal tersebut juga pernah mengalami larangan oleh kakek atau neneknya dan tidak mengetahui apakah larangan tersebut ada dalam Al Quran ataupun Hadist.
Namun ternyata setelah diselidiki, memang ada dalam Hadist Nabi dijelaskan bahwa saat maghrib, setan dan jin tengah berkeliaran. Benarkah hal tersebut? Bisakah dijelaskan dengan cara ilmiah? Ternyata sekali lagi Al Quran memang menjadi sebuah kitab yang kebenarannya tidak diragukan lagi dan bisa dijelaskan dengan ilmiah.
Isi hadist tersebut berbunyi “Jangan kalian membiarkan anak-anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam” (Dari Jabir dalam Shahih Muslim).
Dalam Shahih Muslim juga dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Jika sore hari mulai gelap, tahanlah bayi-bayi kalian sebab iblis mulai bergentayangan pada saat itu. Jika sesaat dari malam telah berlalu, maka lepaslah mereka, kunci pintu rumah dan sebutlah nama Allah sebab setan tidak membuka pintu yang tertutup. Dan tutup rapat tempat air kalian dan sebutlah nama Allah dan tutup tempat makanan kalian dan sebutlah nama Allah meskipun kalian mendapatkan sesuatu padanya”.
Hadist yang disampaikan tadi ternyata bisa dijelaskan secara ilmiah. Hal ini dijelaskan oleh Prof.DR.ir H. Osly Rachman, MS dalam buku yang berjudul “The Science Of Shalat” terbitan Qultummedia. Penulis tersebut menyampaikan bahwa saat menjelang maghrib, alam akan berubah spektrum cahaya berwarna kemerahan. Cahaya tersebut merupakan gelombang elektromagnetik yang setiap warnanya memiliki perbedaan energi, frekuensi serta panjang gelombang yang berbeda.
Perubahan spektrum tersebut ternyata selaras dengan frekuensi bangsa jin dan iblis yaitu spektrum merah. Iblis dan Jin akan bertambah kuat karena memiliki gelombang yang sama dengan alam dunia. Dengan tumpang tindihnya gelombtempat yang sepi atau melemparkan batu ke air.
Meski awalnya hanya sebuah mitos, namun dengan mengetahuinya bahwa Rasulullah pun menjelaskannya dalam hadist dan bisa dijelaskan secara ilmiah, sudah sepatutnya untuk kita sebagai orang tua agar menjaga anak-anak kita dari waktu tersebut. Alangkah baiknya juga melaksanakan shalat maghrib berjamaah baik itu di Masjid ataupun di rumah bagi perempuan agar terhindar dari gangguan setan dan jin.ang membuat penglihatan seperti tak jelas dan terjadi fatamorgana.
Agama Islam menjelaskan bahwa setan akan datang bersamaan dengan datangnya malam untuk tujuan mencari tempat tinggal. Bahkan dikatakan bahwa setan yang satu akan takut pada setan yang lainnya sehingga mereka harus mencari tempat berlindung akan hal tersebut.
Dengan gerak berkecepatan melebihi manusia, setan-setan tersebut akan mencari tempat berlindung seperti wadah kosong, rumah kosong dan bahkan duduk diantara orang-orang yang tengah duduk. Manusia tidak akan menyadarinya karena memang setan tidak kasat mata. Setan hanya ingin berlindung dari penindasan setan lain yang berkeliaran di dunia luar. Secara singkat hanya setan yang kuatlah yang bisa berkeliaran dengan bebas.
Kadang setan menggangu anak kecil agar bisa mendapat tempat bernaung. Bahkan dalam popok bayi yang kotor pun setan akan berlindung. Ini karena popok yang kotor terdapat najis dan setan menyukai hal tersebut sebagai tempat berlindung.
Bagi Anda sebagai orang tua tentu beberapa pernah melihat anak-anak yang menjerit tiba-tiba dan bahkan menggelepar dalam tidurnya. Itu dikarenakan gangguan iblis yang merasukinya agar bisa menjadi tempt bernaung.
Saat maghrib pun kita disarankan untuk menjauhi hewan-hewan seperti kucing, burung serta mengurangi kecepatan saat berkendaraan. Karena bisa jadi kita akan menabrak hewan yang sudah dirasuki oleh setan.
Sumber : kabarmekkah.com
Jumat, 27 November 2015
Senin, 16 November 2015
PANDANGAN KH ARIFIN ILHAM TENTANG UMAT ISLAM SAAT INI
Dalam fanpage KH Arifin Ilham, beliau menjelaskan tentang kondisi umat Islam saat ini.
Berikut isi status beliau:
"Assalaamu alaikum wa rahmatullah wa barkaatuhu. ALLAHU AKBAR kini kita hidup di era penuh tantangan, godaan, fitnah, kezholiman, ma’siyat sampai masa bodoh. Kaum kuffar yg terus memperangi bahkan setiap hari kita dapat menyaksikan saudara kita dibunuh krn mereka Muslim, demikian kaum musyrikiin, didukung oleh kaum faasiqiin dan munafiqiin yg boleh jadi mereka beragama Islam tetapi anti Syriat Allah, pobia Islam, mendukung bahkan bekerja sama hingga sampai membuka jalan kekufuran dan kemusyrikan berkuasa.
Sementara yg mengaku muslim sendiri banyak yg terlena dunia ma’siyat dan berbuat zholim pada saudaranya, plus dg muslim yg asyik dg dirinya, hobbynya, masa bodoh, cuek, seakan akan tidak ada terjadi apa apa. Kadang pada keluarga sendiri yg jauh dari Islam, belum lagi perpecahan umat Islam yg semakin memperparah keadaan umat mulia ini.
SubhanAllah keadaan ini persis yg telah Rasulullah sampaikan 15 abad silam, dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu maula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau berkata, “Hampir terjadi keadaan yang mana ummat-ummat lain akan mengerumuni kalian bagai orang-orang rakus yang makan mengerumuni makanannya”, Salah seorang sahabat berkata, “Apakah karena sedikitnya kami ketika itu?”. Nabi berkata: Bahkan, pada saat itu kalian banyak jumlahnya, tetapi kalian bagai ghutsa’ (buih kotor yang terbawa air saat banjir). Pasti Allah akan cabut rasa segan yang ada didalam dada-dada musuh kalian, kemudian Allah campakkan kepada kalian rasa wahn”. Kata para sahabat, “Wahai Rasulullah, apa Wahn itu?
Beliau bersabda, “Cinta dunia dan takut mati”
(HR Abu Daud no. 4297, Ahmad 5/278).
Lantas bagaimana sikap kita, shabatku?!
Semakin TAKUTLAH kepada ALLAH
TETAPKAN diri dalam ISTIQOMAH
Bangunlah sholat malam, selalu berjamaah di mesjid,
Hidupkan hati selalu berzikir, selalu jaga wudhu,
HIDUPKAN SUNNAH RASULULLAH
Jaga, bimbing, selamatkan KELUARGA
BERGABUNGLAH dg para SAHABAT SHOLEH
Dengar nasehat dan berguru pada ULAMA ISTIQOMAH
HADIRILAH majlis ilmu dan zikir
Maksimalkan perhatian, pikiran, harta dan doa terhadap KEADAAN UMAT terutama saudara saudara kita yg ditindas
SEDERHANALAH, jangan banyak tertawa, jaga perasaan.
“How can we sleep on the blood of syuhada Palestina, Afghan, Irak, Syuria, Africa…”
Tetaplah BANGGA dg ISLAM
Teruslah BERDA’WAH
Sungguh sikap ini memang berat kadang dianggap asing, aneh, kampungan, sok alim, ekstrem bahkan dituduh teroris.
Rasulullah bersabda, “Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana munculnya. Karena itu, BERUNTUNGLAH ORANG ORANG YANG ‘ASING’” (HR Muslim). “Akan datang kepada manusia masa (ketika) orang yang bersabar menjalankan agamanya di antara mereka seperti memegang bara api” (HR. Tirmidzi).
ALLAHUMMA ya ALLAH selamat kami, keluarga kami, negeri kami, seluruh umat Rasulullah yg sangat kami cintai…aamiin.
Abang menangis menulis ini, kita berduka dg tragedi Paris tetapi hati ini luka bersedih menyaksikan pembantaian Palestina, Afghan, Syuria, Irak, Afrika Tengah Dan Rohigya. Abang sayang kalian karena Allah, jangan lupa sebelum rehat malam ini berwudhu, berdoa, berzikir dan berazam untuk sholat malam…"
Minggu, 08 November 2015
Dialog Sang Proklamator Dengan seorang Sufi
Mungkin ini adalah pertemuan sakral yang dialami oleh Prof. DR. H. Kadirun Yahya, Msc – seorang angkatan 1945, ahli sufi, ahli fisika dan pernah menjabat sebagai rektor Universitas Panca Budi, Medan – dengan Presiden RI pertama Ir. Soekarno.
Ia bersama rombongan saat itu diterima di beranda Istana Merdeka (sekitar bulan Juli 1965) bersama dengan Prof. Ir. Brojonegoro (alm), Prof. dr. Syarif Thayib, Bapak Suprayogi, Admiral John Lie, Pak Sucipto Besar, Kapolri, Duta Besar Belanda.
“Wah, pagi-pagi begini saya sudah dikepung oleh 3 Profesor-Profesor” kelakar Ir. Soekarno membuka dialog ketika menemui rombongan Prof. Kadirun Yahya beserta rombongan. Kemudian Presiden Soekarno mempersilakan rombongan tamunya untuk duduk.
“Profesor Kadirun Yahya silakan duduk dekat saya”, pinta presiden Soekarno kepada Prof. Kadirun Yahya, terkesan khusus.
“Professor, ik horde van jou al sinds 4 jaar, maar nu pas onmoet ik jou, ik wou je eigenlijk iets vragen (saya dengar tentang engkau sudah sejak 4 tahun, tapi baru sekarang aku ketemu engkau, sebenarnya ada sesuatu yang akan aku tanyakan padamu),” kata presiden Soekarno dengan bahasa Belanda.
“Ya, tentang apa itu Bapak Presiden…?”
“Tentang sesuatu hal yang sudah kira-kira 10 tahun, saya cari-cari jawabannya, tapi belum ketemu jawaban yang memuaskan. Saya sudah bertanya pada semua ulama dan para intelektual yang saya anggap tahu. Tetapi semua jawabannya tetap tidak memuaskan saya.”
“Lantas soalnya apa bapak Presiden?”
“Saya bertanya terlebih dahulu tentang yang lain, sebelum saya majukan pertanyaan yang sebenarnya” jawab Presiden Soekarno.
“Baik Presiden” kata Prof. Kadirun Yahya
“Manakah yang lebih tinggi, Presiden atau Jenderal atau Profesor dibanding dengan sorga?” tanya Presiden. “Sorga” jawab Prof.Kadirun Yahya.
“Accoord (setuju)”, balas Presiden terlihat lega.
Menyusul Presiden bertanya untuk soal berikutnya. “Lantas manakah yang lebih banyak dan lebih lama pengorbanannya antara pangkat-pangkat dunia yang tadi dibanding dengan pangkat sorga?” tanyanya.
“Untuk Presiden, Jenderal, Profesor harus berpuluh-puluh tahun berkorban dan ber-abdi pada Negara, nusa dan bangsa atau pada ilmu pengetahuan. Sedangkan untuk mendapatkan sorga harus berkorban untuk Allah segala-galanya. Berpuluh-puluh tahun terus menerus, bahkan menurut agama Hindu atau Budha harus beribu-ribu kali hidup dan berabdi, baru barangkali dapat masuk Nirwana,” jawab Prof. Kadirun.
“Accoord”, kata Bung Karno (panggilan akrab Presiden).
“Nu heb ik je te pakken Professor (sekarang baru dapat kutangkap engkau Profesor)” lanjut Bung Karno. Tampak mukanya cerah berseri dengan senyumnya yang khas. Dan kelihatannya Bung Karno belum ingin cepat-cepat bertanya untuk yang pokok masalah. “Saya cerita sedikit dulu” kata Bung Karno.
“Silakan Bapak Presiden”.
“Saya telah melihat teman-teman saya meninggal dunia lebih dahulu dari saya, dan hampir semuanya matinya jelek karena banyak dosa rupanya. Sayapun banyak dosa dan saya takut mati jelek. Maka saya selidiki Al-Quran dan Al-Hadits bagaimana caranya supaya dengan mudah hapus dosa saya dan dapat ampunan dan bisa mati tersenyum.”
“Lantas saya ketemu dengan satu Hadits yang bagi saya berharga. Bunyinya kira-kira sebagai berikut : Rasulullah berkata; Seorang wanita penuh dosa berjalan di padang pasir, bertemu dengan seekor anjing dan kehausan. Wanita tadi mengambil gayung yang berisikan air dan memberi minum anjing yang kehausan itu. Rasul lewat dan berkata: Hai para sahabatku. Lihatlah, dengan memberi minum anjing itu, hapus dosa wanita itu dunia dan akhirat. Ia ahli sorga”.
“Nah Profesor, tadi engkau katakan bahwa untuk mendapatkan sorga harus berkorban segala-galanya, berpuluh-puluh tahun untuk Allah baru dapat masuk sorga. Itupun barangkali. Sementara sekarang seorang wanita yang berdosa dengan sedikit saja jasa, itupun pada seekor anjing pula, dihapuskan Tuhan dosanya dan ia ahli sorga. How do you explain it Professor?” Tanya Bung Karno lanjut. Profesor Kadirun Yahya terlihat tidak langsung menjawab. Ia hening sejenak. Lantas berdiri dan meminta kertas.
“Presiden, U zei, det U in 10 jaren’t antwoord niet hebt kunnen vinden, laten we zien (Presiden, tadi bapak katakan dalam 10 tahun tak ketemu jawabannya, coba kita lihat), mudah-mudahan dengan bantuan Allah dalam 2 menit saja saya coba memberikan jawabannya dan memuaskan”, katanya.
Keduanya adalah sama-sama eksakta, Bung Karno adalah seorang insinyur dan Profesor Kadirun Yahya adalah ahli kimia/fisika.
Di atas kertas Prof. Kadirun mulai menuliskan penjelasannya.
10/10 = 1 ;
“Ya” kata Presiden.
10/100 = 1/10 ; “Ya” kata Presiden.
10/1000` = 1/100 ;
“Ya” kata Presiden.
10/10.000 = 1/1000 ;
“Ya” kata Presiden.
10 / ∞ (tak terhingga) = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
1000.000 … / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
(Berapa saja + Apa saja) /∞ = 0;
“Ya” kata Presiden.
Dosa / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden. ———————————————–“
Nah…” lanjut Prof,
1 x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden
½ x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
1 zarah x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
“… ini artinya, sang wanita, walaupun hanya 1 zarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing sekalipun, mengkaitkan, menggandengkan gerakannya dengan yang Maha Akbar.”
“Mengikutsertakan yang Maha Besar dalam gerakan-gerakannya, maka hasil dari gerakannya itu menghasilkan ibadah yang begitu besar, yang langsung dihadapkan pada dosa-dosanya, yang pada saat itu juga hancur berkeping-keping. Ditorpedo oleh PAHALA yang Maha Besar itu. 1 zarah x ∞ = ∞ Dan, Dosa / ∞ = 0.
Ziedaar hetantwoord, Presiden (Itulah dia jawabannya Presiden)” jawab Profesor.
Bung Karno diam sejenak . “Geweldig (hebat)” katanya kemudian. Dan Bung Karno terlihat semakin penasaran.
Masih ada lagi pertanyaan yang ia ajukan. “Bagaimana agar dapat hubungan dengan Tuhan?” katanya.
Profesor Kadirun Yahya pun lanjut menjawabnya. “Dengan mendapatkan frekuensi-Nya. Tanpa mendapatkan frekuensi-Nya tak mungkin ada kontak dengan Tuhan.”
“Lihat saja, walaupun 1 mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio dengan frekuensi yang tidak sama, maka radio kita itu tidak akan mengeluarkan suara dari zender tersebut. Begitu juga dengan Tuhan, walaupun Tuhan berada lebih dekat dari kedua urat leher kita, tak mungkin ada kontak jika frekuensi-Nya tidak kita dapati”, jelasnya.
“Bagaimana agar dapat frekuensi-Nya, sementara kita adalah manusia kecil yang serba kekurangan ?” tanya Presiden kemudian.
“Melalui isi dada Rasulullah” jawab Prof.
“Dalam Hadits Qudsi berbunyi yang artinya : Bahwasanya Al-Quran ini satu ujungnya di tangan Allah dan satu lagi di tangan kamu, maka peganglah kuat-kuat akan dia” (Abi Syuraihil Khuza’ayya.r.a), lanjutnya.
Prof menyambung, “Begitu juga dalam QS.Al-Hijr :29 – Maka setelah Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya sebagian rohKu, rebahkanlah dirimu bersujud kepadaNya”.
“Nur Illahi yang terbit dari Allah sendiri adalah tali yang nyata antara Allah dengan Rasulullah. Ujung Nur Illahi itu ada dalam dada Rasulullah. Ujungnya itulah yang kita hubungi, maka jelas kita akan dapat frekuensi dari Allah SWT”, kata Prof.
Prof melanjutkan, “Lihat saja sunnatullah, hanya cahaya matahari saja yang satu-satunya sampai pada matahari. Tak ada yang sampai pada matahari melainkan cahayanya sendiri. Juga gas-gas yang saringan-saringannya tak ada yang sampai matahari, walaupun ‘edelgassen’ seperti : Xenon, Crypton, Argon, Helium, Hydrogen dan lain-lain. Semua vacuum!
Yang sampai pada matahari hanya cahayanya karena ia terbit darinya dan tak bercerai siang dan malamnya dengannya. Kalaulah matahari umurnya 1 (satu) juta tahun, maka cahayanyapun akan berumur sejuta tahun pula. Kalau matahari hilang maka cahayanyapun akan hilang. Matahari hanya dapat dilihat melalui cahayanya, tanpa cahaya, mataharipun tak dapat dilihat”.
“Namun cahaya matahari, bukanlah matahari – cahaya matahari adalah getaran transversal dan longitudinal dari matahari sendiri (Huygens)”, jelas Prof.
Prof menyimpulkan, “Dan Rasulullah adalah satu-satunya manusia akhir zaman yang mendapat Nur Illahi dalam dadanya. Mutlak jika hendak mendapatkan frekuensi Allah, ujung dari nur itu yang berada dalam dada Rasulullah harus dihubungi.”
“Bagaimana cara menghubungkannya, sementara Rasulullah sudah wafat sekian lama?” tanya Presiden. “
Prof menjawab, “Memperbanyak sholawat atas Nabi tentu akan mendapatkan frekuensi Beliau, yang otomatis mendapat frekuensi Allah SWT.
–Tidak kukabulkan doa seseorang, tanpa shalawat atas Rasul-Ku. Doanya tergantung di awang-awang – (HR. Abu Daud dan An-Nasay).
Jika diterjemahkan secara akademis mungkin kurang lebih : “Tidak engkau mendapat frekuensi-Ku tanpa lebih dahulu mendapat frekuensi Rasul-Ku”.
Sontak Presiden berdiri. “You are wonderful” teriaknya. Sejurus kemudian, dengan merangkul kedua tangan profesor, Presidenpun bermohon : “Profesor, doakan saya supaya dapat mati dengan tersenyum dibelakang hari nanti…
Sumber : http://www.muslimterbaru.com/dialog-sufi-presiden-sukarno-yang-menjawab-10-tahun-pertanyaan-belum-terjawab.html
Sabtu, 31 Oktober 2015
Senin, 19 Oktober 2015
23-9-1846: Neptunus dan Misteri Planet X 'Penyebab Kiamat'
Kita mengenal Neptunus sebagai planet ke-8 dari Matahari, yang terjauh di Tata Surya -- setelah pada 2006 para astronom bersepakat mengelompokkan Pluto sebagai 'planet kerdil' atau minor.
Planet berwarna biru tersebut memiliki diameter 49.528, dengan massa 17,1 kali Bumi. Neptunus adalah planet ketiga terberat ketiga, terbesar keempat dan terkeras kelima di Tata Surya.
Neptunus tak bisa dilihat dengan mata telanjang. Sejak awal penemuannya, planet yang diberi nama berdasarkan Dewa Laut Romawi itu sudah jadi objek perselisihan.
Sejarah mencatat, Neptunus ditemukan oleh Johann Gottfried Galle dari Jerman pada 23 September 1846. Berdasarkan perhitungan matematika yang dilakukan ilmuwan Prancis, Urbain le Verrier.
Sementara, pada 1843, John Couch Adams dari Inggris juga memprediksi keberadaan sebuah planet baru tersebut.
Kala itu, Prancis dan Britania Raya bersaing mendapatkan predikat sebagai penemu Neptunus.
Di sisi lain, sejumlah ilmuwan yakin, Neptunus ditemukan 234 tahun lebih dulu dari yang dicatat dalam sejarah. Adalah astronom Italia pada era Renaissance, Galileo Galilei yang diduga kuat lebih dulu menyadari keberadaannya.
Seperti dikutip dari situs The Register, Profesor David Jamieson dari Melbourne University mengatakan, bukti dari teori tersebut mungkin ada pada kode tersembunyi yang belum ditemukan dalam buku catatan sang astronom legendaris.
Jamieson mengatakan, buku catatan pengamatan bintang Galileo yang berusia lebih dari 400 tahun mengungkap bahwa sang astronom telah mencatat keberadaan Neptunus pada 1613, saat mengamati bulan-bulan Planet Yupiter (Jovian moons).
Buku catatan itu menunjuk sebuah 'bintang' di posisi di mana tak ada bintang yang ditemukan.
"Bintang tak diketahui itu sejatinya adalah Neptunus. Simulasi komputer menunjukkan ketepatan observasinya yang mengungkapkan bahwa Neptunus akan tampak seperti bintang redup, di tempat hampir persis di mana Galileo mengamatinya," tambah dia seperti dikutip dari situs sains Space.com.
Menurut Jamieson, fakta bahwa Galileo menyadari bintang itu bergerak berarti bahwa ia menyadari telah menemukan sebuah planet baru.
Jamieson juga yakin -- seperti kebiasaan Galileo -- bahwa ia menyelipkan kode misterius terkait penemuannya itu dalam buku catatannya. Yang belum ditemukan.
Setelah Neptunus ditemukan pada 1846, muncul spekulasi yang menyatakan bahwa ada planet lain yang berada di luar orbitnya. Fisikawan Jacques Babinet mengajukan teori tentang planet lain yang lebih jauh lagi, yang ia beri nama Hyperion.
Meski kurang bukti, sejumlah pengamat langit juga memprediksi eksistensi planet ke-9 di Tata Surya. Pada tahun 1892-1901, Gabriel Dallet asal Prancis menyebutnya sebagai 'Planet X'. Pun dengan Percival Lowell -- seorang warga Boston yang mendirikan Observatorium Lowell di Flagstaff, Arizona untuk memburu keberadaannya. Ia bahkan membuat sebuah definisi.
Dan pada 1908, astronom terkenal Amerika Serikat, William Pickering mengajukan nama 'Planet O'. Akhirnya, pada 18 Februari 1930, Clyde Tombaugh menemukan planet misterius itu yang kemudian diberi nama Pluto.
Setelah ditemukan, redupnya Pluto dan tidak adanya piringan membuat gagasan Planet X mengabur. Apalagi perkiraan massa Pluto terus diperkecil sepanjang Abad ke-20. Awalnya, Pluto diperkirakan memiliki massa yang kurang lebih sama dengan Bumi, lalu Mars, kemudian lebih kecil lagi dan lagi.
Kini, hampir semua ilmuwan sepakat bahwa Planet X sesuai definisi Lowell tidak pernah ada.
Teka-teki Planet X (www.americaspace.com)
Belakangan, nama 'Planet X' dikait-kaitkan dengan penyebab kiamat bagi Bumi. Bikin heboh dan panik karena dikait-kaitkan dengan 'ramalan' Suku Maya soal akhir dunia pada 2012.
Konon, planet tersebut berukuran besar dan punya jalur orbital yang membawanya mendekat ke Bumi. Memicu kiamat. Katanya pula, pemerintah -- terutama Amerika Serikat -- memaksa observatorium di Bumi untuk merahasiakannya agar tak memicu panik. Ada yang menyebutnya dengan nama lain: Nibiru atau Eris.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) langsung membantah kabar bohong itu. "Jika Nibiru atau Planet X nyata dan mendekat ke Bumi pada 2012, astronom bisa melacak keberadaannya setidaknya 1 dekade sebelumnya. Dan ia pastilah terlihat dengan mata telanjang," demikian diungkap NASA.
"Nibiru jelas tak ada. Eris, meski nyatanya ada, itu hanyalah planet kerdil serupa Pluto yang tetap berada di luar Tata Surya. Jarak terdekatnya dengan Bumi adalah 4 miliar mil," kata NASA.
Situs sains Discovery News, menyebut ramalan kiamat yang tak masuk akal memang didasarkan pada fakta perburuan planet X pada pertengahan hingga akhir Abad ke-19.
"Perburuan menarik tersebut berhenti pada penemuan Pluto pada 1930," demikian diungkap Discovery. Karena belakangan Pluto tak terbukti sebagai planet yang dicari para ilmuwan, "Planet X berubah menjadi semacam legenda."
Teleskop Wide-Field Infrared Survey Explorer (WISE) milik NASA memindai langit pada tahun 2010 hingga 2011. Namun, tak ada planet tersembunyi yang ditemukan. Tak ada Planet X.
Mengapa temuan planet Neptunus dikaitkan dengan Planet X dan teori konspirasi penyebab kiamat di Bumi?
Sebab, 23 September 2015 lagi-lagi 'diramalkan' bakal terjadi peristiwa dahsyat. Lagi-lagi benda langit dituding jadi penyebabnya. Salah satunya, konon, asteroid selebar 2,5 mil akan menghantam Puerto Rico.
Itu juga dikaitkan dengan ramalan gerhana bulan merah darah (blood moon) pada 28 September 2015 -- yang sebagian orang menganggap sebagai akhir dunia.
Namun, isu tersebut dibantah mentah-mentah oleh NASA. "Tak ada bukti sahih bahwa asteroid atau benda langit lain akan menghantam Bumi," kata "Paul Chodas, dari laboratorium NASA Jet Propulsion Laboratory, Pasadena, California seperti dikutip dari Express.
Sumber : liputan6.com
Rabu, 14 Oktober 2015
BANPOL minta 2 di tengah jalan.
Inilah para PEMERAS dan KORUPTOR .
Pemandangan seperti ini akan nampak sperti pemandangan biasa ketika anda tinggal di kota natal .
Meminta uang pada para pengendara ini sudah mrupakan rutinitas dari mreka.
Apalagi pada saat lebaran dan hari selasa saat berlangsungnya pasar tradisional..
Setiap pengendara wajib memberi rp.5000,- jika tidak ingin di tilang.
Bahkan pada saat lebaran, tidak hnya banpol ja yg meminta. Tetapi juga sering terlibat dari pihak muspika kecamatan.
Jumat, 02 Oktober 2015
PULAU MURSALA atau MANSALAAR
Pulau Mursala
Pernah mendengar kata mansalaar? Atau Pulau Mursala? Mungkin ini bukan kata-kata yang cukup familiar di telinga masyarakat Indonesia. Tapi justru kata ini sudah cukup terkenal di kalangan internasional.
Sebenarnya Mursala adalah nama sebuah pulau di Kabupaten Tapanuli Tengah. Pulau terbesar di Tapanuli Tengah ini seluas 8000 hektar. Pulau ini dihuni puluhan kepala keluarga. Yang paling mencolok dari pulau ini adalah adanya air terjun yang airnya langsung jatuh ke permukaan air laut Samudera Hindia. Airnya berasal dari aliran sungai terpendek di dunia yaitu sepanjang 700 meter.
Pulau Mursala di Pantai Barat Sumatera Utara
Nama mursala tak lahir begitu saja. Pada abad ke-VII, banyak bangsa Arab yang datang ke Tapanuli Tengah untuk melakukan pertukaran komoditi. Pulau inilah yang kemudian menjadi tempat ibadah mereka. Mursala berarti mushalla atau tempat ibadah. Adapula yang menggabungkan kata mur dan shalat. Intinya adalah tempat ibadah.
Tak melulu tentang air terjun dan sejarahnya, kawasan Pulau Mursala ini juga kaya dengan ragam terumbu karang. Di kawasan ini juga terdapat pusat konservasi terumbu karang di Sumatra Utara.
Di balik pesonanya, ternyata air terjun Pulau Mursala ini juga memiliki legenda tersendiri yang berkembang di masyarakat sekitar. Konon, air terjun ini merupakan tempat bermain seorang putri cantik bernama Putri Runduk. Putri Runduk memiliki kolam tempat mandi di atas air terjun dari mana air terjun ini mengalir. Menurut cerita, Putri Runduk adalah permaisuri Raja Jayadana yang memerintah Kota Kerajaan Barus Raya, sebuah kerajaan Islam di wilayah Sumatera Utara pada abad ke-7 M. Putri Runduk memiliki paras yang cantik rupawan sehingga termahsyur sampai ke luar kerajaan. Disebutkan bahwa Raja Sanjaya dari Mataram dan Raja Janggi dari Sudan, Afrika pun tertarik dengan kecantikan sang Putri. Putri Runduk bisa sampai di Pulau Mursala karena melarikan diri dari negerinya yang sudah porak poranda akibat diserang dan dikuasai oleh Raja Sanjaya, yang kemudian direbut oleh Raja Janggi. Suaminya terbunuh dan Putri Runduk tidak mau dinikahi oleh Raja Sanjaya, di antaranya karena perbedaan agama (Putri Runduk beragama Islam sedang Raja Sanjaya beragama Hindu). Dikisahkan pula bahwa sang Putri menceburkan diri ke laut saat dikejar Raja Janggi, lalu hilang.
Terumbu karang di sekitaran Pulau Mursala. Photo by: Annes Sembiring
Sisi lain yang lebih menarik adalah pulau mursala ini sudah dua kali dijadikan lokasi syuting pembuatan film baik film nasional maupun Hollywood. Dulu pulau ini pernah menjadi lokasi shooting dalam film King Kong yang diluncurkan pada tahun 2005. Film bergenre science fiction ini adalah satu film yang pernah populer di dunia. Pernah pula dijadikan lokasi syuting Film Indonesia yang berjudul Mursala. Wajar saja kalau akhirnya pulau ini terkenal hingga ke mancanegara dan menjadi tujuan wisatawan para turis luar negeri.
Film King Kong ini menjadikan Pulau Mursala memiliki hewan-hewan purbakala
Cerita rakyat Pulau Mursala juga difilmkan oleh sineas Indonesia dalam Film berjudul Mursala
Air terjun pulau mursala.
Sumber : www.klikhotel.com
Kamis, 01 Oktober 2015
INFO LELANG PU DI PANTAI BARAT MANDAILING
Informasi Lelang
Kode Lelang 648373
Nama Lelang : Pembangunan Jembatan Natal- Batahan
Agency Pemkab. Mandailing Natal
Satuan Kerja DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. MANDAILING NATAL
Kategori Pekerjaan Konstruksi
Metode Pengadaan e-Lelang Umum
Metode Kualifikasi Pascakualifikasi
Metode Dokumen Satu File Metode Evaluasi Sistem Gugur
Anggaran :
2015 - APBD
Nilai Pagu Paket Rp 13.500.000.000,00 Nilai HPS Paket Rp 13.494.000.000,00
Jenis Kontrak
Cara Pembayaran Harga Satuan
Pembebanan Tahun Anggaran Tahun Tunggal
Sumber Pendanaan Pengadaan Tunggal
Kualifikasi Usaha Perusahaan Non Kecil
Lokasi Pekerjaan
Kec. Natal - Mandailing Natal (Kab.)
Syarat Kualifikasi
* Ijin Usaha
Ijin Usaha Klasifikasi
SBU memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) Klasifikasi Bidang Usaha Bangunan Sipil dengan Subklasifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi Pekerjaan Jembatan, Jalan Layang, Terowongan dan Subways (SI004)
IUJK Memiliki Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) sesuai dengan Klasifikasi/Subklasifikasi SBU
* Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir
(SPT Tahun 2014)
* NPWP
* Memiliki Alamat Tetap Dan Jelas Serta Dapat Dijangkau Dengan Jasa Pengiriman
* Surat Dukungan Keuangan Dari Bank Sebesar 10% Dari Total Nilai HPS
* Memperoleh Paling Kurang 1 (Satu) Pekerjaan Sesuai Bidang Dalam Kurun Waktu 4 (Empat) Tahun Terakhir
* Memiliki Kemampuan Dasar (KD) Sama Dengan 3 NPt (Nilai Pengalaman Tertinggi Dalam Kurun Waktu 10 Tahun Terakhir)
* Persyaratan Lainnya Yang Tercantum Dalam Dokumen Pengadaan Merupakan Satu Kesatuan Yang Tidak Terpisah
Peserta Lelang 30 peserta [Detil...]
Kode Lelang 586373
Nama Lelang (Lelang Ulang) Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil di Kabupaten Mandailing Natal
Keterangan
Tahap Lelang Saat ini Lelang sudah selesai
Agency Pemkab. Mandailing Natal
Satuan Kerja BAPPEDA KAB. MANDAILING NATAL
Kategori Jasa Konsultansi Badan Usaha
Metode Pengadaan e-Seleksi Umum Metode Kualifikasi Prakualifikasi
Metode Dokumen Dua File Metode Evaluasi Kualitas dan Biaya
Anggaran
2015 - APBD
Nilai Pagu Paket Rp 300.000.000,00 Nilai HPS Paket Rp 299.650.000,00
Jenis Kontrak
Cara Pembayaran Lump Sum
Pembebanan Tahun Anggaran Tahun Tunggal
Sumber Pendanaan Pengadaan Tunggal
Bobot Teknis 80.0 Bobot Biaya 20.0
Lokasi Pekerjaan
Kabupaten Mandailing Natal - Mandailing Natal (Kab.)
Syarat Kualifikasi
* Ijin Usaha
Ijin Usaha Klasifikasi
IUJK masih berlaku
SBU Jasa Perencanaan Wilayah dan masih berlaku PR 102
TDP Masih berlaku
HO Masih berlaku
* Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir
Memiliki NPWP
* Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT Tahunan 2014).
* Persyaratan lainnya yang ada pada LDK.
Peserta Lelang 11 peserta [Detil...]
Kode Lelang 628373
Nama Lelang Peningkatan Jalan Sikara-Kara I - Sikara-Kara II (DAK 2015)
Keterangan
Tahap Lelang Saat ini Evaluasi penawaran
Agency Pemkab. Mandailing Natal
Satuan Kerja DINAS PEKERJAAN UMUM KAB. MANDAILING NATAL
Kategori Pekerjaan Konstruksi
Metode Pengadaan e-Lelang Pemilihan Langsung Metode Kualifikasi Pascakualifikasi
Metode Dokumen Satu File Metode Evaluasi Sistem Gugur
Anggaran
2015 - APBD
Nilai Pagu Paket Rp 2.787.752.000,00 Nilai HPS Paket Rp 2.777.055.000,00
Jenis Kontrak
Cara Pembayaran Harga Satuan
Pembebanan Tahun Anggaran Tahun Tunggal
Sumber Pendanaan Pengadaan Tunggal
Kualifikasi Usaha Perusahaan Kecil dan Non Kecil
Lokasi Pekerjaan
Kec. Natal - Mandailing Natal (Kab.)
Syarat Kualifikasi
* Ijin Usaha
Ijin Usaha Klasifikasi
SBU Memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) Klasifikasi Bidang Usaha Bangunan Sipil dengan Subklasifikasi Jasa Pelaksana Untuk Konstruksi Jalan Raya (kecuali Jalan Layang), Jalan, Rel Kereta Api dan Landasan Pacu Bandara (SI003)
IUJK Memiliki Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) sesuai dengan Klasifikasi/Subklasifikasi SBU
* Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir
Telah Melunasi Kewajiban Pajak Tahun Terakhir (SPT Tahun 2014)
* NPWP
* Memiliki Alamat Tetap Dan Jelas Serta Dapat Dijangkau Dengan Jasa Pengiriman
* Surat Dukungan Keuangan Dari Bank Sebesar 10% Dari Total Nilai HPS
* Memperoleh Paling Kurang 1 (Satu) Pekerjaan Sesuai Bidang Dalam Kurun Waktu 4 (Empat) Tahun Terakhir
* Memiliki Kemampuan Dasar (KD) Sama Dengan 3 NPt (Nilai Pengalaman Tertinggi Dalam Kurun Waktu 10 Tahun Terakhir)
* Persyaratan Lainnya Yang Tercantum Dalam Dokumen Pengadaan Merupakan Satu Kesatuan Yang Tidak Terpisah
Peserta Lelang 36 peserta [Detil...]
Kode Lelang 605373
Nama Lelang PEMBANGUNAN POSKESDES DESA BATU MUNDOM KECAMATAN MUARA BATANG GADIS.
Keterangan
Tahap Lelang Saat ini Lelang sudah selesai
Agency Pemkab. Mandailing Natal
Satuan Kerja DINAS KESEHATAN KAB. MANDAILING NATAL
Kategori Pekerjaan Konstruksi
Metode Pengadaan e-Lelang Pemilihan Langsung Metode Kualifikasi Pascakualifikasi
Metode Dokumen Satu File Metode Evaluasi Sistem Gugur
Anggaran
2015 - APBD
Nilai Pagu Paket Rp 350.000.000,00 Nilai HPS Paket Rp 350.000.000,00
Jenis Kontrak
Cara Pembayaran Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan
Pembebanan Tahun Anggaran Tahun Tunggal
Sumber Pendanaan Pengadaan Tunggal
Kualifikasi Usaha Perusahaan Kecil
Lokasi Pekerjaan
KECAMATAN MUARA BATANG GADIS - Mandailing Natal (Kab.)
Syarat Kualifikasi
* Ijin Usaha
Ijin Usaha Klasifikasi
TDP masih berlaku.
HO masih berlaku.
IUJK Klasifikasi Bangunan Gedung
SBU Sub Klasifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi Bangunan Kesehatan (BG008)
* Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir
Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (Tahun 2014).
* Memiliki NPWP.
* Persyaratan lainnya sesuai dengan yang tercantum dalam Dokumen Lelang
Peserta Lelang 12 peserta [Detil...]
Kode Lelang 604373
Nama Lelang PEMBANGUNAN POSKESDES DESA RANTO PANJANG KECAMATAN MUARA BATANG GADIS.
Keterangan
Tahap Lelang Saat ini Lelang sudah selesai
Agency Pemkab. Mandailing Natal
Satuan Kerja DINAS KESEHATAN KAB. MANDAILING NATAL
Kategori Pekerjaan Konstruksi
Metode Pengadaan e-Lelang Pemilihan Langsung Metode Kualifikasi Pascakualifikasi
Metode Dokumen Satu File Metode Evaluasi Sistem Gugur
Anggaran
2015 - APBD
Nilai Pagu Paket Rp 300.000.000,00 Nilai HPS Paket Rp 300.000.000,00
Jenis Kontrak
Cara Pembayaran Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan
Pembebanan Tahun Anggaran Tahun Tunggal
Sumber Pendanaan Pengadaan Tunggal
Kualifikasi Usaha Perusahaan Kecil
Lokasi Pekerjaan
KECAMATAN MUARA BATANG GADIS - Mandailing Natal (Kab.)
Syarat Kualifikasi
* Ijin Usaha
Ijin Usaha Klasifikasi
TDP masih berlaku.
HO masih berlaku.
IUJK Klasifikasi Bangunan Gedung
SBU Sub Klasifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi Bangunan Kesehatan (BG008)
* Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir
Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (Tahun 2014).
* Memiliki NPWP.
* Persyaratan lainnya sesuai dengan yang tercantum dalam Dokumen Lelang
Peserta Lelang 11 peserta [Detil...]
Kode Lelang 603373
Nama Lelang PEMBANGUNAN RUMAH DINAS PARAMEDIS PUSKESMAS MANISAK.
Keterangan
Tahap Lelang Saat ini Lelang sudah selesai
Agency Pemkab. Mandailing Natal
Satuan Kerja DINAS KESEHATAN KAB. MANDAILING NATAL
Kategori Pekerjaan Konstruksi
Metode Pengadaan e-Lelang Pemilihan Langsung Metode Kualifikasi Pascakualifikasi
Metode Dokumen Satu File Metode Evaluasi Sistem Gugur
Anggaran
2015 - APBD
Nilai Pagu Paket Rp 299.999.999,00 Nilai HPS Paket Rp 299.999.999,00
Jenis Kontrak
Cara Pembayaran Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan
Pembebanan Tahun Anggaran Tahun Tunggal
Sumber Pendanaan Pengadaan Tunggal
Kualifikasi Usaha Perusahaan Kecil
Lokasi Pekerjaan
KECAMATAN RANTO BAEK - Mandailing Natal (Kab.)
Syarat Kualifikasi
* Ijin Usaha
Ijin Usaha Klasifikasi
TDP masih berlaku.
HO masih berlaku.
IUJK Klasifikasi Bangunan Gedung
SBU Sub Klasifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi Bangunan Kesehatan (BG008)
* Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir
Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (Tahun 2014).
* Memiliki NPWP.
* Persyaratan lainnya sesuai dengan yang tercantum dalam Dokumen Lelang
Peserta Lelang 15 peserta [Detil...]
Kode Lelang 586373
Nama Lelang (Lelang Ulang) Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil di Kabupaten Mandailing Natal
Keterangan
Tahap Lelang Saat ini Lelang sudah selesai
Agency Pemkab. Mandailing Natal
Satuan Kerja BAPPEDA KAB. MANDAILING NATAL
Kategori Jasa Konsultansi Badan Usaha
Metode Pengadaan e-Seleksi Umum Metode Kualifikasi Prakualifikasi
Metode Dokumen Dua File Metode Evaluasi Kualitas dan Biaya
Anggaran
2015 - APBD
Nilai Pagu Paket Rp 300.000.000,00 Nilai HPS Paket Rp 299.650.000,00
Jenis Kontrak
Cara Pembayaran Lump Sum
Pembebanan Tahun Anggaran Tahun Tunggal
Sumber Pendanaan Pengadaan Tunggal
Bobot Teknis 80.0 Bobot Biaya 20.0
Lokasi Pekerjaan
Kabupaten Mandailing Natal - Mandailing Natal (Kab.)
Syarat Kualifikasi
* Ijin Usaha
Ijin Usaha Klasifikasi
IUJK masih berlaku
SBU Jasa Perencanaan Wilayah dan masih berlaku PR 102
TDP Masih berlaku
HO Masih berlaku
* Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir
Memiliki NPWP
* Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT Tahunan 2014).
* Persyaratan lainnya yang ada pada LDK.
Peserta Lelang 11 peserta [Detil...]
Selasa, 29 September 2015
ASAL USUL PEMBERIAN GELAR HAJI dan HAJJAH
Asal Usul Gelar Haji di Indonesia (Menurut Berbagai Versi)
Orang Islam Indonesia pada umumnya jika selesai menunaikan Ibadah Haji, maka sering di panggil Pak Haji Fulan atau Ibu Hajah Fulanah, bahkan ada sebagian orang yang dengan sengaja menambahkan gelar Haji di depan namanya untuk penulisan dalam dokumen atau surat-surat penting dengan berbagai alasan, diantaranya ada yang mengatakan itu merupakan Syiar, supaya orang tertarik untuk segera mengikuti menunaikan ibadah haji.
Ada yang beralasan bahwa Ibadah Haji adalah Ibadah yang besar dan memerlukan biaya besar jadi orang tersebut merasa rugi kalau namanya tidak memakai gelar Haji/Hajah, atau jaman dulu masih sedikit orang yang mampu (dalam hal materi) mengeluarkan biaya untuk menunaikan Ibadah haji, sehingga jarang sekali orang yang bisa melaksanakan haji, maka jika pada suatu desa atau kampung ada orang Islam yang menunaikan Haji dan di kampungnya atau desanya hanya dia satu-satunya yang pernah menunaikan Haji, maka jika di kampung/desa itu di sebutkan Pak Haji (tanpa menyebut nama aslinya) maka sekampung/sedesa pasti tahu siapalah orang yang di maksud Pak Haji itu.
Gelar atau sebutan haji bagi mereka yang telah menunaikan ibadah haji, pada awalnya tidak ada dan sebutan haji ini baru muncul beberapa abad setelah wafatnya Rasulullah saw. Sejarah pemberian gelar haji dimulai pada tahun 654H, pada saat kalangan tertentu di kota Makkah bertikai dan pertikian ini menimbulkan kekacauan dan fitnah yang mengganggu keamanan kota Makkah.
Karena kondisi yang tidak kondusif tersebut, hubungan kota Makkah dengan dunia luar terputus, ditambah kekacauan yang terjadi, maka pada tahun itu ibadah haji tidak bisa dilaksanakan sama sekalai, bahkan oleh penduduk setempat juga tidak. Setahun kemudian setelah keadaan mulai membaik, ibadah haji dapat dilaksanakan. Tapi bagi mereka yang berasal dari luar kota Makkah selain mempersiapkan mental, mereka juga membawa senjata lengkap untuk perlindungan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan perengkapan ini para jemaah haji ibaratkan mau berangkat ke medan perang.
Sekembalinya mereka dari ibadah haji, mereka disambut dengan upacara kebesaran bagaikan menyambut pahlawan yang pulang dari medan perang. Dengan kemeriahan sambutan dengan tambur dan seruling, mereka dielu-elukan dengan sebutan “Ya Hajj, Ya Hajj”. Maka berawal dari situ, setiap orang yang pulang haji diberi gelar “Haji”.
Asal usul Gelar “Haji” di Indonesia Pada Masa Kerajaan Islam di Nusantara
Dikisahkan bahwa Pemeluk agama Islam yang pertama kali di tanah Sunda adalah Bratalegawa putra kedua Prabu Guru Pangandiparamarta Jayadewabrata atau Sang Bunisora penguasa kerajaan Galuh (1357-1371). Ia menjadi raja menggantikan abangnya, Prabu Maharaja (1350-1357) yang gugur dalam perang Bubat yaitu peperangan antara Pajajaran dengan Majapahit.
Bratalegawa memilih hidupnya sebagai seorang saudagar, ia sering melakukan pelayaran ke Sumatra, Cina, India, Srilanka, Iran, sampai ke negeri Arab. Ia menikah dengan seorang muslimah dari Gujarat bernama Farhana binti Muhammad. Melalui pernikahan ini, Bratalegawa memeluk Islam. Sebagai orang yang pertama kali menunaikan ibadah haji di kerajaan Galuh, ia dikenal dengan sebutan Haji Purwa (Atja, 1981:47).
Setelah menunaikan ibadah haji, Haji Purwa beserta istrinya kembali ke kerajaan Galuh di Ciamis pada tahun 1337 Masehi. Di Galuh ia menemui adiknya, Ratu Banawati, untuk bersilaturahmi sekaligus mengajaknya masuk Islam. Tetapi upayanya itu tidak berhasil. Dari Galuh, Haji Purwa pergi ke Cirebon Girang untuk mengajak kakaknya, Giridewata atau Ki Gedeng Kasmaya yang menjadi penguasa kerajaan Cirebon Girang, untuk memeluk Islam. Namun kakaknya pun menolak.
Naskah kuno selain Carita Parahyangan yang mengisahkan orang-orang jaman dulu yang telah berhasil menunaikan ibadah haji adalah Carita Purwaka Caruban Nagari dan naskah-naskah tradisi Cirebon seperti Wawacan Sunan Gunung Jati, Wawacan Walangsungsang, dan Babad Cirebon. Dalam naskah-naskah tersebut disebutkan adanya tokoh lain yang pernah menunaikan ibadah haji yaitu Raden Walangsungsang bersama adiknya Rarasantang. Keduanya adalah putra Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran, dan pernah berguru agama Islam kepada Syekh Datuk Kahpi selama tiga tahun di Gunung Amparan Jati Cirebon.
Setelah cukup berguru ilmu agama Islam, atas saran Syekh Datuk Kahpi, Walangsungsang bersama adiknya Rarasantang berangkat ke Mekah -diduga antara tahun 1446-1447 atau satu abad setelah Bratalegawa- untuk menunaikan ibadah haji dan menambah ilmu agama Islam. Dalam perjalanan ibadah haji itu, Rarasantang dinikahi oleh Syarif Abdullah, Sultan Mesir dari Dinasti Fatimiyah (?), dan berputra dua orang yaitu Syarif Hidayatullah (1448) dan Syarif Arifin (1450). Sebagai seorang haji, Walangsungsang kemudian berganti nama menjadi Haji Abdullah Iman, sementara Rarasantang berganti nama menjadi Hajjah Syarifah Mudaim.
Sementara dari kesultanan Banten, jemaah haji yang dikirim pertama kali adalah utusan Sultan Ageng Tirtayasa. Ketika itu, Sultan Ageng Tirtayasa berkeinginan memajukan negerinya baik dalam bidang politik diplomasi maupun di bidang pelayaran dan perdagangan dengan bangsa-bangsa lain (Tjandrasasmita, 1995:117).
Pada tahun 1671 sebelum mengirimkan utusan ke Inggris, Sultan Ageng Tirtayasa mengirimkan putranya, Sultan Abdul Kahar, ke Mekah untuk menemui Sultan Mekah sambil melaksanakan ibadah haji, lalu melanjutkan perjalanan ke Turki. Karena kunjungannya ke Mekah dan menunaikan ibadah haji, Abdul Kahar kemudian dikenal dengan sebutan Sultan Haji.
Menurut naskah Sajarah Banten diceritakan suatu ketika Sultan Banten berniat mengirimkan utusannya kepada Sultan Mekah. Utusan itu dipimpin oleh Lebe Panji, Tisnajaya, dan Wangsaraja. Perjalanan haji saat itu harus dilakukan dengan perahu layar, yang sangat bergantung pada musim. Biasanya para musafir menumpang pada kapal dagang sehingga terpaksa sering pindah kapal. Perjalanan itu membawa mereka melalui berbagai pelabuhan di nusantara. Dari tanah Jawa terlebih dahulu harus menuju Aceh atau serambi Mekah, pelabuhan terakhir di nusantara yang menuju Mekah. di sana mereka menunggu kapal ke India untuk ke Hadramaut, Yaman, atau langsung ke Jeddah. Perjalanan ini bisa makan waktu enam bulan atau lebih.
Di perjalanan, para musafir berhadapan dengan bermacam-macam bahaya. Musafir yang sampai ke tanah Arab pun belum aman. Pada masa awal perjalanan haji, tidak mengherankan apabila calon jemaah dilepas kepergiannya dengan derai air mata; karena khawatir mereka tidak akan kembali lagi.
Demikian beberapa catatan tentang kaum muslimin Nusantara jaman dulu yang telah berhasil menunaikan ibadah haji. Dari kisah-kisah tersebut nampaknya ibadah haji merupakan ibadah yang hanya terjangkau kaum elit, yaitu kalangan istana atau keluarga kerajaan. Hal ini menunjukkan pada jaman itu perjalanan untuk melaksanakan ibadah haji memerlukan biaya yang sangat besar. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan adanya masyarakat kalangan bawah yang juga telah berhasil menunaikan ibadah haji namun tidak tercatat dalam sejarah. Gelar “Haji” memang pantas bagi mereka.
Pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda
Dahulu di zaman penjajahan belanda, belanda sangat membatasi gerak-gerik umat muslim dalam berdakwah, segala sesuatu yang berhubungan dengan penyebaran agama terlebih dahulu harus mendapat ijin dari pihak pemerintah belanda. Mereka sangat khawatir apabila nanti timbul rasa persaudaraan dan persatuan di kalangan rakyat pribumi, yang akan menimbulkan pemberontakan, karena itulah segala jenis acara peribadatan sangat dibatasi. Pembatasan ini juga diberlakukan terhadap ibadah haji.bahkan untuk yang satu ini belanda sangat berhati-hati, karena pada saat itu mayoritas orang yang pergi haji, ketika ia pulang ke tanah air maka dia akan melakukan perubahan.
Contohnya adalah Muhammad Darwis yang pergi haji dan ketika pulang mendirikan Muhammadiyah, Hasyim Asyari yang pergi haji dan kemudian mendirikan Nadhlatul Ulama, Samanhudi yang pergi haji dan kemudian mendirikan Sarekat Dagang Islam, Cokroaminoto yang juga berhaji dan mendirikan Sarekat Islam. Hal-hal seperti inilah yang merisaukan pihak Belanda. Maka salah satu upaya belanda untuk mengawasi dan memantau aktivitas serta gerak-gerik ulama-ulama ini adalah dengan mengharuskan penambahan gelar haji di depan nama orang yang telah menunaikan ibadah haji dan kembali ke tanah air. Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Pemerintahan Belanda Staatsblad tahun 1903.
Di Kepulauan Seribu, di P. Onrust dan P. Khayangan, pemerintahan Hindia-Belanda mendirikan tempat karantina jemaah haji. pulau-pulau tersebut dijadikan sebagai gerbang utama jalur lalu lintas perhajian di Indonesia. Dengan alasan kamuflase “untuk menjaga kesehatan”, kadang saat ditemukan adanya jemaah haji yang dinilai berbahaya oleh pemerintah Hindia Belanda, diberi suntik mati dengan alasan beragam. Maka tak jarang banyak yang tidak kembali ke kampung halaman karena di karantina di pulau onrust dan cipir.
Untuk memudahkan pengawasan para jemaah haji, pemerintah Hindia Belanda memberikan cap (gelar) baru kepada mereka, yaitu “Haji”. Memang dari sejarahnya, mereka yang ditangkap, diasingkan, dan dipenjarakan adalah mereka yang memiliki cap haji. Ironis.. itulah asal usul mengapa di negeri kita untuk mereka yang telah berhaji diberi gelar “haji”…. Jadi bertanya-tanya, pantaskah diberi gelar haji setelah mengetahui asal muasal gelar haji ini?
Gelar haji bagi orang muslim yang pergi ke mekah untuk menunaikan ibadah naik haji ternyata hanya ada di indonesia dan malaysia,dinegara” lain tidak ada gelar haji untuk kaum muslimin yg telah melaksanakan ibadah haji tersebut, gelar haji ini pertama kali dibuat oleh bangsa belanda yg wkt itu sedang menjajah indonesia, orang yang telah berangkat haji ke me’kah dan kembali lagi ke indonesia oleh bangsa belanda di tandai di depan namanya dengan huruf “H” yang berarti orang tersebut telah naik haji ke mekah.
Pemberian gelar tersebut oleh bangsa belanda bukan tanpa maksud, hal ini dikarenakan kebanyakan orang indonesia yg menjadi penentang belanda pada waktu itu yg berani mengajak masyarakat untuk melawan belanda adalah orang” yang baru pulang dari mekkah tersebut, oleh karena itu belanda menandai orang” tersebut dengan huruf “H” di depan namanya, untuk memudahkan mencari orang tersebut apabila terjadi pembrontakan,
Tetapi mengapa di zaman sekarang seringkali gelar haji itu menjadi seperti kebanggaan dan pembanding orang yg sudah mampu pergi haji dengan yang belum, bahkan ada beberapa orang yang apabila tidak dipanggil pak haji atau bu haji mereka marah, harusnya orang yg sudah pernah naik haji bisa merubah semua sifat buruk sewaktu ia belum naik haji menjadi kebaikan, ITULAH YANG LEBIH UTAMA daripada mempermasalahkan gelar.
Selasa, 22 September 2015
BEASISWA MANDAILING NATAL
PANYABUNGAN – Dinas Pendidikan Mandailing Natal (Madina) kembali meluncurkan bantuan beasiswa bagi mahasiswa miskin berprestasi tahun 2015.
Beasiswa ini ditujukan kepada mahasiswa miskin berprestasi asal Madina yang kuliah di universitas negeri atau terguruan tinggi negeri di seluruh Indonesia.
Kasi Subsidi dan Bantuan Dinas Pendidikan Madina, Dollar Hafriyanto kepada Mandailing Online, Kamis (17/9) mengungkap, beasiswa ini sesuai Surat Edaran Sekretaris Daerah Kabupaten Mandailing Nomor: 420/1602/P/2015 tanggal 16 september 2015 Tentang Bantuan Beasiswa Mahasiswa Miskin Berprestasi Tahun 2015. Dana bantuan ini bersumber dari APBD tahun 2015.
Kriteria untuk mendapatkan beasiswa ini : orang tua berdomisili di Kabupaten Mandailing Natal, berasal dari keluarga miskin/kurang mampu dan memiliki prestasi yang dibuktikan pada nilai IP semester terakhir minimal 3,2 bagi mahasiswa jurusan Sosial dan IP 3,0 bagi mahasiswa jurusan Excakta.
Berkas-berkas yang harus dilengkapi adalah :
- Permohonan untuk mendapatkan bantuan beasiswa mahasiswa miskin berprestasi yang ditujukan kepada Bupati Mandailing Natal c.q Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal.
- Surat keterangan miskin dari kepala desa/lurah diketahui camat.
- Surat keterangan kurang mampu dari kepala instansi bagi orang tua yang berprofesi sebagai PNS/TNI/Polri.
- Surat keterangan aktif mahasiswa yang dikeluarkan oleh universitas/perguruan tinggi yang bersangkutan.
- Surat pernyataan dari universitas/perguruan tinggi yang bersangkutan yang menyatakan bahwa mahasiswa tersebut tidak sedang menerima bantuan bea siswa yang berasal dari sumber lain.
- Foto copy sah kartu tanda penduduk orang tua.
- Foto copy sah Kartu Hasil Study (KHS) semester genap terakhir.
- Foto copy sah kartu mahasiswa.
- Surat pernyataan dari mahasiswa yang menyatakan bahwa berkas yang disampaikan seluruhnya adalah benar keabsahannya, bermetrai 6000.
Seluruh berkas disiapkan dalam rangkap 2 dan diserahkan ke Dinas Pendidikan Mandailing Natal c.q Seksi Subsidi Bantuan Bidang Dikmenjur selambat-lambatnya tanggal 30 september 2015.
Dalam penyeleksiannya nanti dilakukan dengan teliti, apabila jumlah yang memenuhi syarat untuk menerima bantuan ini melebihi jumlah kemampuan APBD TA.2015 maka penetapan mahasiswa yang berhak menerima bantuan ini akan dilakukan berdasarkan urutan rangking IP dari yang teringgi.
Sumber : mandailingonline.com
Selasa, 09 Juni 2015
Peninggalan Sejarah dan tempat wisata di Pantai Barat MADINA
SUMUR BATU :
Terdapat di Banjar Aceh Perlak Talas Kampung Sawah Kecamatan Natal. Disini terdapat 3 buah sumur batu yang digali oleh Syekh Abdul Fattah Mardia yang kelahiran disitu sebagai penampung (besar), tempat wudhu’ (kodak) dan dibawahnya tempat mandi. Sumur penampung dihuni oleh Kura kura tunggal dan beberapa ikan tawar. Dahulu, tempat ini dikeramatkan dan tempat memasang dan membayar niat dan ramai dikunjungi pada Hari Raya Puasa 6 (7 Syawal).
2. TUGU PROKLAMASI KEMERDEKAAN R.I
Terdapat disebelah Barat lapangan Merdeka Natal disamping meriam Stamford Rafles yang didirkan pada tahun 1945. Ketika terdengar berita Kemerde kaan RI, BS Farmansyah Sutan Botok menaikkan bendera Merah Putih , lalu ditembak oleh seorang serdadu Jepang yang berasal dari Ambon
3. KUALO TUO :
Terdapat di Jambuo Aceh Desa Pasar VI Natal sebagai batas dengan Kerajaan Sinunukan. Kuala ini tempat masuknya Biduk Tambangan (Ajung) rombongan Datuk Imam dari Air Bangis dan Pangeran Indra Sutan dari Indopuro pada awal abad ke – 17.
4. BUKIK COKONG SIMPANG AMPEK :
Terdapat di Bukik Simungkuk, Simpang Ampek Kecamatan Natal yaitu makam Lie Moo Kim. Makam lain adalah di Bukik Cokong di Pasar Kabun yaitu makam Keluarga Besar Sho Kim Liong, Sho Kantin Ho ( Abdul Hafiz ). Dll.
5. TAMPAT PINCURAN DEWA :
Terdapat di Tampat Pincuran Dewa , Bukik Simungkuk Kecamatan Natal, sekitar 300 meter dari Jembatan Karan. Disini terdapat makam Ulama Ranah Nata seperti Syekh Abdul Fattah Sinantiku, Syekh Abdul Rauf Sinantiku dan Syekh Alwi. Orangtua mereka Si Jebak Rajo Barat yang berasal dari Payakumbuh masuk ke Ranah Nata melalui Muara Karan. Pada tahun 1985, terjadi musibah besar atas hilangnya sepasang siswa SMPN 1 Natal di hari kedua Ebtanas (Suyono-Suyati ) ,warga Transmigrasi Sikarakara.
6. BENTENG PORTUGIS :
Terdapat di Pasar Benteng, pinggir sungai Batang Nata, satu-satunya benteng yang tinggal dari beberapa benteng karena telah masuk kedalam sungai Batang Nata. Bangunan ini tinggal sebagi an lagi karena dijadikan perumahan penduduk atau gudang ikan. Perlu diadakan rehabilitasi atau pemugaran agar tidak punah ditelan masa.
7. BENTENG JEPANG :
Terdapat di tepi pantai yang kini hampir tengge lam ditelan masa. Benteng ini diperkirakan di bangun tahun 1942 (masuknya Jepang ke Ranah Nata). Benteng sejenis ini juga terdapat di pinggir pantai Pasa Jirak , dekat Jembatan Karan dan di Sawah Niru Kecamatan Natal. Sebagian sudah hancur ditelan perumahan penduduk dan masuk sungai Batang Nata.
8. TANGSI HITAM :
Terdapat di pinggir lapangan Merdeka Natal , sebelah Utara , tetapi kini sudah dirobah bangu nannya dan menjadi Rumah Tahanan ( Rutan ). Tangsi Hitam di bangun oleh Belanda pada tahun 1864 oleh Kontler WB Devidson.
Catatan : Artikel WC Terpanjang dalam buku Indonesiana Majalah Tempo.
9. MERIAM TUANKU RANAH NATA :
Terdapat di rumah kediaman Bapak Sutan Dur Muhayatsyah yang diperkirakan adalan meriam Tuanku Sutan Hiodayatsyah atau Tuanku Sutan Muhammad Nata.
10. KUBUR MADAM :
Terdapat di Simpang Badayuik, bekas perumahan Hulubalang Raja. Sekarang telah hancur dan men jadi Kantor PRPTE Disbun. Disini ditemukan pa pan nama Yohanna Petronella (1866), Pieter Meijer dan Pieter Leonard (1874 ) dan Mont Evens (1878).Dibongkar pada tanggal 27 Januari 1992 ,gara-gara adanya mimpi Porkas/ SDSB.
11. PAGAR BESI :
Terdapat di Bukik Lansano, lembah Bukik Bande ra Kecamatan Natal. Disini bermakam Syekh Abdul Malik Baleo Nata yang merambakkan Agama Islam ke Mandailing sampai ke Dalu-dalu.
12. BRAND KAS JEPANG :
Terdapat dimuka bangunan Sekolah Polisi I Sumatera Utara yang kini menjadi SDN No.142704 Natal. Brand Kas ini dibongkar pada tahun 1965 dan disitu banyak terdapat mata uang Jepang seperti gambar pisang dll.
13. MERIAM STAMFORD RAFFLES :
Terdapat di samping Tugu Proklamasi yang mengarah ke Ujung Rakat. Benteng ini dibangun tahun 1818 , sewaktu Stamford Raffles tiba di Ranah Nata.
14. SEKOLAH POLISI PERTAMA SUM.UTARA :
Salah satu bangunan arsitek Belanda yang sampai saat ini masih kuat , tapi atapnya sudah diganti dengan seng yang baru
15. SURAU TAMBAK
Terdapat di Pasar Tambak Ranah Nata yang kini bernama Masjid Al – Fattah Ranah Nata. Masjid ini didirikan oleh Syekh Alwi bersama Syekh Abd. Rauf dan Syekh Abd.Fattah Sinantiku. Tabek Surat Tambak adalah tempat keramasnya si Pamaga, Dukun yg masuk Islam via Syekh Abd.Fattah
16. RUMAH GADANG SINGKUANG
Rumah Kerajaan Singkuang terdapat disamping Masjid Kerajaan Singkuang yang telah diperbaharui, sebab yang aslinya sudah musnah dan berlokasi di tanah lapang Singkuang. Dari Rumah Gadang yang pertama yang terbuat dari tiang gading gajah dan sandi ikan paus itu dipindahkan oleh Raja Jasi Murung dan dibangunkan ke Rumah Gadang yang sekarang serta Masjid Kerajaan’
17. MAKAM RAJA SINGKUANG
Makam ini terdapat di kawasan pekuburan tanah wakaf yang sekarang masih terpelihara,walaupun sebagian sudah hancur. Diantaranya yang masih dapat terbaca adalah makam Raja Merangkat ,Jasa Murung dan Jandi Mora.
18. MASJID KERAJAAN SINGKUANG
Terdapat disamping Rumah Gadang Singkuang. Disampingnya terdapat sebuah makam panjang, tetapi tidak ada yang mengetahui siapa nama yang bermakam disitu.
19. MAKAM ULAMA BERANTAI.
Makam seorang Ulama terkemuka (besar kemungkinan makam Guru Habib Daulay) terdapat di kawasan Makam Kerajaan Singkuang.
20. BANGUNAN GAYA BELANDA :
Terdapat di Bukik Tanah Badagun Simpang Ampek dan di Pasar Kabun Ranah Nata. Rumah peninggalan Marah Salim , kini tinggal tanpa penghuni. Rumah peninggalan Mukti dihuni oleh zuriatnya.
21. MAHKOTA PENGANTIN ( CABANG ) :
Cabang adalah merupakan fakta Sejarah dimana Canag ini diriru dari topi Portugis,tapi mempu nyai beberapa unsur sejarah dimana terdiri dari tiga bagian yang berbentuk kuncup Melati yang melambangkan Tungku Tigo Sajarangan atau Tali Bapilin Tigo yang melambangkan 3 Raja di Ranah Nata yaitu Raja Adat ( Tuanku ), Raja Ibadat ( Ulama ) dan Raja Alim ( Pemerintah/Umara ) yang dibuat dimasa Permaisuri Puti Junjung.
22. SANGGUO GADANG :
Mahkota Pengantin Anakdaro Ranah Nata ini terdiri dari tujuh tajuk yang mengisyaratkan bahwa Anakdaro adalah pelambang Bundo Kanduong yang harus mempunyai Tujuh Sifat.
23. CAP RAJA RANAH NATA :
Terdapat dirumah kediaman Bapak Zumkhasri atau di Linggabayu Ranah Nata yaitu cap Tuanku Sembah Alam Marahimpun di Kerajaan Lingga Bayu.
24. BONGKAH EMAS :
Salah satu yang dicari oleh para saudagar Ero pah, Asia di Ranah Nata yang terkenal dengan lokasi Tambang Beramuk Ranah Nata yaitu tempat menggore emas sehingga terjadi perkelahi an dengan mengamuk.
25. KANTOR ASISTEN WEDANA
Bangunan ini sekarang tidak ada lagi dan telah berganti dengan Kantor Telekomunikasi Natal dengan arsitek terbaru. Mulai dari H.Syariful Alamsyah (1946 ) s.d. Hakimil Nasution BA (1978) Aswed berkantor disini.
26. BATANG MAHONI :
Terdapat di sekeliling lapangan Merdeka Natal sampai ke Jembatan Ayie Cama. Sebagian telah hancur ditelan zaman dan sebagian ditebang oleh orang yang melupakan Sejarah. Penebangan tera khir pada hari Minggu tgl. 15 April 2007
27. RUMAH NAN GADANG.
Rumah Gadang sebenarnya terdapat di Padang Malako dan Kampung Bukik, tetapi sekarang hanya tinggal puing-puing sandi dan pecahan keramik yang tertimbun di dalam tanah. Di sungai Batang Nata, pernah dijumapi ceret besi oleh penduduk Perlak Talas Kampung Sawah , tapi sekarang sudah raib tak tentu rimbanya.
Rumah Gadang yang asli
28. MADRASAH SOEBOELOEL CHAER ;
Madrasah Soeboeloel Chaer ini di dirikan pada tahun 1921 yang dikepalai oleh Sutan Chalifah. Madrasah ini bina oleh perkumpulan Djamijatul Chairijah yang diketuai oleh Tuanku Mudo. Madrasah ini berganti nama Budi Bahagia dan kemudian Madrasah Raudlatul Ilmiyah yang merupakan cikal bakal Muhammadiyah Cabang Natal. Sekarang bernama Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 20 Natal
29. JEMBATAN ACEH – RAO.
Jembatan ini berada di Kampung Solok, didepan Masjid Lama yang menyeberang ke Pasie Jaruju yang menghubungkan Jambuoh Aceh (Seberang) dengan Jambuoh Rao(Pusat Pasar Ranah Nata). Jembatan ini kemudian diterjang banjir Galodo yang akhirnya roboh dan sampai kini tetap sunyi senyap tanpa kelanjutan pembangunannya
30. MUARO KARAN :
Tempat ini mempunyai sejarah yaitu disinilah du lu masuknya Si Jebak Rajo Barat dan Sinantiku (orangtua Syekh Abd.Fattah) mendarat dari Tiku dan Payakumbuh.
Tempat ini juga disebut Muaro Susu untuk mengenang sepasang siswa SMP Negeri Natal yg terbenam dimuara ketika melintasinya disebab kan jembatan Karan runtuh. Suyono dan Suyati, warga Transmigrasi Sikarakara ketika hari kedua Ebtanas 1985.
31. PONDOK ULAR
Tempat ini adalah sejarah terbaru dimana se orang Putra Malako memberanikan diri membu ka tanah ulayat nenek moyangnya kawasan sebu ah perusahaan yang lahannya topang tindih. Di pondok ini dia bermukim dengan memelihara se ekor yang datang kesitu dengan peliharaan ayam putih sesuai dengan mimpi yang datang dari Jirat Malako Labuohan Ajuong – Kampung Sawah. Pondok ini dinamakan ULAR adalah singkatan dari Urusan Lancar bila Ada Rupiah.
Terdapat di Banjar Aceh Perlak Talas Kampung Sawah Kecamatan Natal. Disini terdapat 3 buah sumur batu yang digali oleh Syekh Abdul Fattah Mardia yang kelahiran disitu sebagai penampung (besar), tempat wudhu’ (kodak) dan dibawahnya tempat mandi. Sumur penampung dihuni oleh Kura kura tunggal dan beberapa ikan tawar. Dahulu, tempat ini dikeramatkan dan tempat memasang dan membayar niat dan ramai dikunjungi pada Hari Raya Puasa 6 (7 Syawal).
2. TUGU PROKLAMASI KEMERDEKAAN R.I
Terdapat disebelah Barat lapangan Merdeka Natal disamping meriam Stamford Rafles yang didirkan pada tahun 1945. Ketika terdengar berita Kemerde kaan RI, BS Farmansyah Sutan Botok menaikkan bendera Merah Putih , lalu ditembak oleh seorang serdadu Jepang yang berasal dari Ambon
3. KUALO TUO :
Terdapat di Jambuo Aceh Desa Pasar VI Natal sebagai batas dengan Kerajaan Sinunukan. Kuala ini tempat masuknya Biduk Tambangan (Ajung) rombongan Datuk Imam dari Air Bangis dan Pangeran Indra Sutan dari Indopuro pada awal abad ke – 17.
4. BUKIK COKONG SIMPANG AMPEK :
Terdapat di Bukik Simungkuk, Simpang Ampek Kecamatan Natal yaitu makam Lie Moo Kim. Makam lain adalah di Bukik Cokong di Pasar Kabun yaitu makam Keluarga Besar Sho Kim Liong, Sho Kantin Ho ( Abdul Hafiz ). Dll.
5. TAMPAT PINCURAN DEWA :
Terdapat di Tampat Pincuran Dewa , Bukik Simungkuk Kecamatan Natal, sekitar 300 meter dari Jembatan Karan. Disini terdapat makam Ulama Ranah Nata seperti Syekh Abdul Fattah Sinantiku, Syekh Abdul Rauf Sinantiku dan Syekh Alwi. Orangtua mereka Si Jebak Rajo Barat yang berasal dari Payakumbuh masuk ke Ranah Nata melalui Muara Karan. Pada tahun 1985, terjadi musibah besar atas hilangnya sepasang siswa SMPN 1 Natal di hari kedua Ebtanas (Suyono-Suyati ) ,warga Transmigrasi Sikarakara.
6. BENTENG PORTUGIS :
Terdapat di Pasar Benteng, pinggir sungai Batang Nata, satu-satunya benteng yang tinggal dari beberapa benteng karena telah masuk kedalam sungai Batang Nata. Bangunan ini tinggal sebagi an lagi karena dijadikan perumahan penduduk atau gudang ikan. Perlu diadakan rehabilitasi atau pemugaran agar tidak punah ditelan masa.
7. BENTENG JEPANG :
Terdapat di tepi pantai yang kini hampir tengge lam ditelan masa. Benteng ini diperkirakan di bangun tahun 1942 (masuknya Jepang ke Ranah Nata). Benteng sejenis ini juga terdapat di pinggir pantai Pasa Jirak , dekat Jembatan Karan dan di Sawah Niru Kecamatan Natal. Sebagian sudah hancur ditelan perumahan penduduk dan masuk sungai Batang Nata.
8. TANGSI HITAM :
Terdapat di pinggir lapangan Merdeka Natal , sebelah Utara , tetapi kini sudah dirobah bangu nannya dan menjadi Rumah Tahanan ( Rutan ). Tangsi Hitam di bangun oleh Belanda pada tahun 1864 oleh Kontler WB Devidson.
Catatan : Artikel WC Terpanjang dalam buku Indonesiana Majalah Tempo.
9. MERIAM TUANKU RANAH NATA :
Terdapat di rumah kediaman Bapak Sutan Dur Muhayatsyah yang diperkirakan adalan meriam Tuanku Sutan Hiodayatsyah atau Tuanku Sutan Muhammad Nata.
10. KUBUR MADAM :
Terdapat di Simpang Badayuik, bekas perumahan Hulubalang Raja. Sekarang telah hancur dan men jadi Kantor PRPTE Disbun. Disini ditemukan pa pan nama Yohanna Petronella (1866), Pieter Meijer dan Pieter Leonard (1874 ) dan Mont Evens (1878).Dibongkar pada tanggal 27 Januari 1992 ,gara-gara adanya mimpi Porkas/ SDSB.
11. PAGAR BESI :
Terdapat di Bukik Lansano, lembah Bukik Bande ra Kecamatan Natal. Disini bermakam Syekh Abdul Malik Baleo Nata yang merambakkan Agama Islam ke Mandailing sampai ke Dalu-dalu.
12. BRAND KAS JEPANG :
Terdapat dimuka bangunan Sekolah Polisi I Sumatera Utara yang kini menjadi SDN No.142704 Natal. Brand Kas ini dibongkar pada tahun 1965 dan disitu banyak terdapat mata uang Jepang seperti gambar pisang dll.
13. MERIAM STAMFORD RAFFLES :
Terdapat di samping Tugu Proklamasi yang mengarah ke Ujung Rakat. Benteng ini dibangun tahun 1818 , sewaktu Stamford Raffles tiba di Ranah Nata.
14. SEKOLAH POLISI PERTAMA SUM.UTARA :
Salah satu bangunan arsitek Belanda yang sampai saat ini masih kuat , tapi atapnya sudah diganti dengan seng yang baru
15. SURAU TAMBAK
Terdapat di Pasar Tambak Ranah Nata yang kini bernama Masjid Al – Fattah Ranah Nata. Masjid ini didirikan oleh Syekh Alwi bersama Syekh Abd. Rauf dan Syekh Abd.Fattah Sinantiku. Tabek Surat Tambak adalah tempat keramasnya si Pamaga, Dukun yg masuk Islam via Syekh Abd.Fattah
16. RUMAH GADANG SINGKUANG
Rumah Kerajaan Singkuang terdapat disamping Masjid Kerajaan Singkuang yang telah diperbaharui, sebab yang aslinya sudah musnah dan berlokasi di tanah lapang Singkuang. Dari Rumah Gadang yang pertama yang terbuat dari tiang gading gajah dan sandi ikan paus itu dipindahkan oleh Raja Jasi Murung dan dibangunkan ke Rumah Gadang yang sekarang serta Masjid Kerajaan’
17. MAKAM RAJA SINGKUANG
Makam ini terdapat di kawasan pekuburan tanah wakaf yang sekarang masih terpelihara,walaupun sebagian sudah hancur. Diantaranya yang masih dapat terbaca adalah makam Raja Merangkat ,Jasa Murung dan Jandi Mora.
18. MASJID KERAJAAN SINGKUANG
Terdapat disamping Rumah Gadang Singkuang. Disampingnya terdapat sebuah makam panjang, tetapi tidak ada yang mengetahui siapa nama yang bermakam disitu.
19. MAKAM ULAMA BERANTAI.
Makam seorang Ulama terkemuka (besar kemungkinan makam Guru Habib Daulay) terdapat di kawasan Makam Kerajaan Singkuang.
20. BANGUNAN GAYA BELANDA :
Terdapat di Bukik Tanah Badagun Simpang Ampek dan di Pasar Kabun Ranah Nata. Rumah peninggalan Marah Salim , kini tinggal tanpa penghuni. Rumah peninggalan Mukti dihuni oleh zuriatnya.
21. MAHKOTA PENGANTIN ( CABANG ) :
Cabang adalah merupakan fakta Sejarah dimana Canag ini diriru dari topi Portugis,tapi mempu nyai beberapa unsur sejarah dimana terdiri dari tiga bagian yang berbentuk kuncup Melati yang melambangkan Tungku Tigo Sajarangan atau Tali Bapilin Tigo yang melambangkan 3 Raja di Ranah Nata yaitu Raja Adat ( Tuanku ), Raja Ibadat ( Ulama ) dan Raja Alim ( Pemerintah/Umara ) yang dibuat dimasa Permaisuri Puti Junjung.
22. SANGGUO GADANG :
Mahkota Pengantin Anakdaro Ranah Nata ini terdiri dari tujuh tajuk yang mengisyaratkan bahwa Anakdaro adalah pelambang Bundo Kanduong yang harus mempunyai Tujuh Sifat.
23. CAP RAJA RANAH NATA :
Terdapat dirumah kediaman Bapak Zumkhasri atau di Linggabayu Ranah Nata yaitu cap Tuanku Sembah Alam Marahimpun di Kerajaan Lingga Bayu.
24. BONGKAH EMAS :
Salah satu yang dicari oleh para saudagar Ero pah, Asia di Ranah Nata yang terkenal dengan lokasi Tambang Beramuk Ranah Nata yaitu tempat menggore emas sehingga terjadi perkelahi an dengan mengamuk.
25. KANTOR ASISTEN WEDANA
Bangunan ini sekarang tidak ada lagi dan telah berganti dengan Kantor Telekomunikasi Natal dengan arsitek terbaru. Mulai dari H.Syariful Alamsyah (1946 ) s.d. Hakimil Nasution BA (1978) Aswed berkantor disini.
26. BATANG MAHONI :
Terdapat di sekeliling lapangan Merdeka Natal sampai ke Jembatan Ayie Cama. Sebagian telah hancur ditelan zaman dan sebagian ditebang oleh orang yang melupakan Sejarah. Penebangan tera khir pada hari Minggu tgl. 15 April 2007
27. RUMAH NAN GADANG.
Rumah Gadang sebenarnya terdapat di Padang Malako dan Kampung Bukik, tetapi sekarang hanya tinggal puing-puing sandi dan pecahan keramik yang tertimbun di dalam tanah. Di sungai Batang Nata, pernah dijumapi ceret besi oleh penduduk Perlak Talas Kampung Sawah , tapi sekarang sudah raib tak tentu rimbanya.
Rumah Gadang yang asli
28. MADRASAH SOEBOELOEL CHAER ;
Madrasah Soeboeloel Chaer ini di dirikan pada tahun 1921 yang dikepalai oleh Sutan Chalifah. Madrasah ini bina oleh perkumpulan Djamijatul Chairijah yang diketuai oleh Tuanku Mudo. Madrasah ini berganti nama Budi Bahagia dan kemudian Madrasah Raudlatul Ilmiyah yang merupakan cikal bakal Muhammadiyah Cabang Natal. Sekarang bernama Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 20 Natal
29. JEMBATAN ACEH – RAO.
Jembatan ini berada di Kampung Solok, didepan Masjid Lama yang menyeberang ke Pasie Jaruju yang menghubungkan Jambuoh Aceh (Seberang) dengan Jambuoh Rao(Pusat Pasar Ranah Nata). Jembatan ini kemudian diterjang banjir Galodo yang akhirnya roboh dan sampai kini tetap sunyi senyap tanpa kelanjutan pembangunannya
30. MUARO KARAN :
Tempat ini mempunyai sejarah yaitu disinilah du lu masuknya Si Jebak Rajo Barat dan Sinantiku (orangtua Syekh Abd.Fattah) mendarat dari Tiku dan Payakumbuh.
Tempat ini juga disebut Muaro Susu untuk mengenang sepasang siswa SMP Negeri Natal yg terbenam dimuara ketika melintasinya disebab kan jembatan Karan runtuh. Suyono dan Suyati, warga Transmigrasi Sikarakara ketika hari kedua Ebtanas 1985.
31. PONDOK ULAR
Tempat ini adalah sejarah terbaru dimana se orang Putra Malako memberanikan diri membu ka tanah ulayat nenek moyangnya kawasan sebu ah perusahaan yang lahannya topang tindih. Di pondok ini dia bermukim dengan memelihara se ekor yang datang kesitu dengan peliharaan ayam putih sesuai dengan mimpi yang datang dari Jirat Malako Labuohan Ajuong – Kampung Sawah. Pondok ini dinamakan ULAR adalah singkatan dari Urusan Lancar bila Ada Rupiah.
Kamis, 01 Januari 2015
sekilas tentang Ranah Nata (Kota Natal)
TANGGAL
TAHUN RIWAYAT DAN KHABAR
Salah satu Kota Tua yang terkenal namanya sekarang adalah Natal yang telah diresmikan oleh Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak tahun 1946 waktu Asisten Wedananya H.Sjariful Alamsjah (Sibolga) * 16 yang diwariskan oleh kolonial sejak tahun 1492 -1496. * 13 Kemudian dinamakan oleh bangsa Portugis tahun 1525. * 13, oleh Inggris tahun 1672. * 01 dan tahun 1762 oleh Belanda. * 13 serta Jepang ditahun 1942 dengan nama Nataru.
Selama 421 tahun diabadikan oleh kolonial dan dilanjutkan oleh Pemerintah selama 54 tahun yang berjumlah 475 tahun sudah, sedangkan masyarakat adat Ranah Nata sudah 1 Alaf (1000 tahun). * 21 lamanya menyebutkan tanah ulayat nenek moyangnya dengan nama Ranah Nata. Tak ada seorangpun masyarakat adat Ranah Nata yang menambahkan huruf el (L) atau er (R) atas nama kampung halamannya itu kecuali masyarakat yang manda atau pendatang ke Ranah Nata.
Sebenarnya, namanya adalah Ranah Nata yang dinamakan oleh saudagar Arab Ibnu Bathuthah pada abad ke - 7 atau tahun 1325 - 1350. * 02, sewaktu mereka singgah dari sebuah ranah yang mereka buka untuk lokasi penggergajian kayu yang mereka namakan Sing Kwang atau Tanah Baru. * 21. Sewaktu beliau singgah, pada waktu itu terjadi acara hukuman terhadap seorang terhukum dengan cara didera diatas sebuah bukit kecil yang sekarang bernama Bukik Bandera. Sebenarnya adalah Bukit Mandera yaitu bukit tempat mendera. * 13. Karena keterharuan Ibnu Bathuthah mendengar suara jeritan dari seseorang yang berasal dari sebuah bukit kecil itu, lalu beliau menamakannya Ranah Nata.
Ranah Nata berasal dari dua kata bahasa Arab yaitu Ranah * 14 dan Nata * 14.
Ranah artinya "Jeritan". * 14, sedangkan Nata atinya "Bukit Kecil". * 14 dan untuk lebih jelasnya buka buku Qamus Al Idris Marbawiy halaman 251 dan 298 oleh Syekh Muhammad Idris al Marbawiy al-Azhari, terbitan CV.Karya Insani Indonesia. Nama Ranah Nata kemudian diperkuat oleh Datuk Imam dan Pangeran Indra Sutan yang datang ke Ranah Nata di abad ke 17 dengan mendirikan Kerajaan Ranah Nata di Malako yang berbasis di Padang Malako .13.
Kita sama mengetahui bahwa pada zaman dulu hubungan adalah melalui laut dan untuk itu mereka masuk ke Ranah Nata dari Air Bangis dan Indrapura dengan memasuki Kuala Tuo mengarungi sungai Batangnata. . * 13 Mereka singgah di sebuah tempat yang bernama Tanjung Bungo untuk melepaskan lelah dan shalat Zhuhur. Setelah mereka makan dan sambil istirahat, Datuk Imam melantunkan sebuah pantun yang berbunyi:
Daun pauoh daun barambang,
Bungo tanjuong di padeta
Dari jauoh kito datang,
Sampei ka kampuong Ranah Nata.
kemudian Pangeran Indra Sutan menjawabnya dengan sebuah pantun pula yaitu:
Laweh lauiknyo Ranah Nata,
Alang lauik manyembah ikan
Lapeh ensuik duduok basanda,
Kanyang paruik sasudah makan
Acara berbalas pantun ini dimeriahkan oleh Puti Rani dan Puti Ratiah yang ikut bersama mereka dengan membawa sebatang aur duri, sebatang pinang, sebungkal tanah, setagik air dan seekor anak buaya sambil menuju sebuah biduk tambangan yang bernama ajung. Setelah mereka melanjutkan perjalanan, mereka singgah dan menambatkan ajung mereka dimudik sungai Pinang sambil melihat kemana arah tujuan akan mendirikan sebuah pemukiman mereka. Lebih kurang 400 meter dari persinggahan mereka, lalu meninggalkan tempat tambatan ajung tersebut yang kemudian dinamakan Labuhan ajung, menuju sebuah tempat ulayat padang yang luas dan dinamakan mereka Padang Malako.
Sewaktu kedatangan mereka, jauh sebelumnya dibagian ranah tepi pantai sudah ada orang-orang Bugis sekitar tahun + 900 dizaman Nabi Sulaiman As, sedangkan bagian pedala mannya dihuni oleh orang Batak (baca Mandailing) * 21
Sesudah kedatangan Ibnu Bathuthah, pada tahun 1412 didatangi pula oleh Syekh Maroko Maulana Malik Ibrahim dan disusul oleh saudagar Cina H.Sham Poboo pada tahun 1416 dan tahun 1513 mendirikan penggergajian kayu di Singkuang.
Kembali orang-orang Si Patokah datang untuk kedua kalinya di tahun 1525 dan pada saat inilah mereka namakan Ranah Nata menjadi Natal karena pelabuhan serta pemandangannya mirip dengan Natal yang berada di Propvinsi Durban Afrika Selatan dan juga Natal yang ada di Amerika Selatan.
Satu -satunya peninggalan sejarah dari Ibnu Bathuthah adalah masuknya Agama Islam ke Ranah Nata bersamaan waktunya dengan masuknya Agama Islam ke Tanah Fansyuri di Barus dan nama Ranah Nata yang diberikan oleh Ibnu Bathuthah untuk mengenang kisah hukuman yang terjadi di Bukik Bandera
Berbicara masalah nama Bukik Bandera, selain dari kisah terhukum tersebut diatas, ada dua versi lainnya yaitu:
1. Bukit Bendera yang berasal dari cerita masuknya H.Sham Poboo ke Singkuang tahun 1513, dimana sewaktu beliau singgah ke Ranah Nata dan hendak memasuki Kualo Tuo, mereka melihat sebuah bendera berwarna putih, berkibar diatas sebuah bukit sebagai pertanda bahwa mereka tidak diizinkan untuk memasuki Ranah Nata.
2. Bukit Bendera yang berasal dari Gugung (bukit kecil), dimana pada tempat tersebut tumbuh sebatang pohon durian di Simpang Gugung dan di puncaknya dipasang sebuah bendera putih, sedangkan di puncak Bukik Bandera dipasang sebuah tonggak atau tiang berwarna merah. Perbuatan ini adalah untuk membuka jalan lurus ke daerah pesisir pantai dari puncak Bukik Bandera ke Gugung.dan untuk itulah makanya jalan Mandailing Nata ada jalan lurus di tanah ulayat Perlak Talas Kampung Sawah yang dibangun oleh Alexander Philips Godon pada tahun 1848 bersama Yang Dipertuan Huta Siantar yang peresmian pembangunan jalan ini diresmikan oleh Jenderal van Switen pada tahun 1851 dan pada waktu inilah masuknya orang Melayu di daerah pesisir pantai dibawah pemerintahan kontler KJ.Jellinghaus dan kemudian digantikan oleh AW. Van Ophuysen si tokoh bahasa Melayu Indonesia pada tahun 1852.
3. Adapun peninggalan sejarah dari bangsa China adalah nama Singkuang dan Kunkun. Karena mereka membuka pemukiman baru pengger gajian kayu dihutan Singkuang Ranah Nata, maka tempat tersebut dinamakan Sing Kwang yang berarti Tanah Baru. Sedangkan tempat peristirahatan mereka disuatu tempat bermain-main yang dalam bahasa China disebut Kun - kun yang berarti berleha - leha.
Tentang ulayat Ranah Nata atau yang disebut Ranah Nata itu secara geografis, ada beberapa istilah antara lain yaitu;
1. "Dari Lambah sorik Marapi inggo ka tapi ombak nan badabuoh" yang di Indonesiakan berarti dari lembah sorik Merapi (Batangnata) sampai ketepi ombak yang berdebur (Pesisirbarat). Jadi, yang termasuk dalam "Lembah sorik Merapi" adalah Kecamatan Batangnata, Linggobayu dan Rantobaek, sedangkan yang termasuk dalam "Ombak yang berdebur" adalah Kecamatan Nata, Batahan, Muara Batanggadis dan Sinunukan.
2. "Diantaro Batu Nan Ampek" yang di Indonesiakan berarti di antara batu yang empat. Yang dimaksud dengan "Batu Nan Ampek" adalah sebagai berikut;
a. Batu Bakuduong yaitu sebuah batu yang pontong. Batu ini mewakili pesisir pantai bagian Tenggara yang termasuk dalam ulayat Kecamatan Batahan. Kenapa dikatakan Batu Bakuduong? Hal ini mengingatkan kisah penetapan Sisi Pancang Kedaulatan (Sipadan) untuk Daerah Tugas Pemerintah (Datuk) antara Pemerintah Batahan dengan Pemerintah Air Bangis yang merupakan batas antara Sumatera Utara dengan Sumatera Barat. Dalam hal ini ada istilah yaitu "dari durian di takuok Rajo inggo ka bukik nan indak ba acek" yaitu mulai dari batang durian yang dipatuk oleh Raja sampai ke bukit yang tidak berpacat.
b. Batu Mundam yaitu sebuah batu yang berbentuk batok kelapa atau tempurung yang ada di pesisir pantai bagian Barat Laut di Kecamatan Muara Batanggadis (Mubadis) yang juga memiliki legenda dalam cerita Puti berambang Sari, yaitu legenda tentang asal usul nama-nama tempat di sepanjang pantai, mulai dari Batu Bakuduong sampai ke Batu Mundam yaitu berasal dari sebuah timba Tempu rung kelapa yang dipakai oleh Puti berambang Sari sewaktu dikejar Rajo Biluluok yang melarikan diri bersama suaminya dan lalu karam di Samudera Indonesia.
c. Batu Sondat yaitu sebuah nama tempat yang berada dibagian interior Pemerintah Batahan yang merupakan tapal batas dibagian interior dipenjuru bagian Timur Laut.
d. Batu Gajah yaitu sebuah tempat di Kerajaan Lubu yang dirikan oleh Raja Angkola Si Hitam Lidah ada di Simpang Talam, interior bagian Timur Ranah Nata yang termasuk dalam Kecamatan Batangnata.
3. "Diantaro Batang nan Ampek" yaitu di dalam aliran sungai yang empat yaitu;
a. Batang Batahan yaitu alur hubungan Pemerintah Batahan yang di dirikan oleh Sutan Rangkayo Majo Dirajo tahun 1711 yang datang dari Indopuro, Ujung Gading
Ibukota kerajaan di Kampuong Godang Sopobolo.
b. Batang Nata yaitu alur hubungan Pemerintah Ranah Nata dan Pemerintah linggo bayu. Pemerintah Ranah Nata didirikan oleh Datuk Imam tahun 1700 dari Air Bangis bersama Pangeran Indra Sutan dari Indopuro berkedudukan di Padang Malako dan kemudian pindah ke Kampuong Bukik. Adapun Pemerintah Linggobayu adalah peme karan dari Pemerintah Ranah Nata yang didirikan oleh Pangeran Indra Sutan yang beribu kota di Simpang Bajambah.
c. Batang Kunkun yaitu alur hubungan Pemerintah Kinondom yang didirikan oleh Sutan Tiansyah dari Bengkulu yang berkedudukan di Simpang Sao, kemudian pin dah ke Bintuas.
d. Batang gadih yaitu alur hubungan Pemerintah Singkuang yang didirikan oleh Raja Merangkat berkedudukan di Singkuang Kecamatan Mubadis.
Setelah berdirinya beberapa Pemerintah dan juga pemerintah-pemerintah kecil seperti Pemerintah Sinunukan, Batumundam, Tabuyung dan Simpang sodang, maka penduduk Ranah Nata terdi ri dari berbagai etnis antara lain Aceh, Minang, Rao, Bugis, Bengkulu, Palembang, Indopuro, Kalimantan, Nias dan Cina.
Dalam hal ini, Anak Muda Ranah Nata berhimpun untuk menata Seni dan Budaya yang mereka bawa dari daerah asalnya masing -masing yang di prakarsai oleh Ahmeed Sharkhani Hindustani dan Si Tiuk dari pihak Pemerintah dan peragaan pertama dilaksanakan sewaktu penobatan Raja Marah Ahmad Tuanku Pansiun tahun 1886 dalam tarian "Tari salapan" yang merupakan tari persa tuan, kemenangan, kegembiraan dan ketrampilan. Kenapa tidak! Didalam tari salapan ada lagu-lagu Sampaya (Melayu), Kaparinyo (Minang), Kotobaru (Kalimantan) dan lain - lain.
Perangkat tari terdiri dari delapan untai kain panjang berwarna yang melambangkan kasih sayang yang merupakan perwakilan masing-masing suku etnis yang delapan suku yaitu (1) Aceh (2) Minang (3) Bugis (4) Rao (5) Indopuro (7) Bengkulu ( 8) Palembang. Dari segi ketrampilan dimana menjalin dan membuka jalinan tali yang dijalin sambil menari itu merupakan pelambang ikatan persatuan yang dijalin dalam aneka warna (suku atau etnis / daerah) disatukan di Ranah Nata. Tari salapan diawali dengan irama pallakam dan ditutup dengan irama plancer madam.
Pada tahun 1610, Ranah Nata dibawah kekuasaan penuh oleh Aceh, sedangkan dari Pariaman datang pula Syekh Burhanuddin III.
Maka dengan demikian terjadilah pengembangan desa, seperti Banjar Agam dan Jambuo Rao yang mayoritas penduduknya orang Minangkabau, Banjar Aceh dan Jambuo Aceh yang mayoritas penduduknya orang Aceh dan salah seorang Ulama Aceh bermakam di jirat Malako bernama Teuku Umar Hasyim. Sedangkan orang Bengkulu menghuni Kinondom dan para pejuangnya bermakam di Lubuok Kase, dimana batu nisannya batu berbentuk balok yang sebagian sudah dibongkar karena pengaruh mimpi Porkas atau SDSB.
Demikian juga makam orang Ulando (Belanda) di Simpang Bada nyuik yang dulunya adalah lahan perumahan Hulubalang Raja Kerajaan Ranah Nata. Antara lain yang bisa penulis catat tanggal meninggalnya seperti Yohanna Petronella (1866), Pieter Mijer (1874) dan Pieter Leonard (1880). Sedangkan pemakaman orang Anggarei (Inggris) ada disamping rumah Dewan Nata H.Sutan Chaidir di Pasar Benteng yang sudah jadi pemukiman rumah penduduk.
Dalam menata sistem Pemerintahan Pemerintah, maka dibentuklan Kepala-kepala suku yang ada di Ranah Nata yaitu;
1. Suku Aceh dengan Kepala Suku Datuk Ketek yang memimpin masyarakat yang berasal dari
Dari Tanah Rencong atau Aceh
2. Suku Rao dengan Kepala Suku Datuk Pangulu Panjang yang memimpin masyarakat yang berasal dari Mandailing dan perkawinan campuran Mandailing dengan Ranah Minang atau Minangkabau.
3. Suku Minang dengan Kepala Suku Datuk Sinaro yang memimpin masyarakat yang berasal dari Ranah Minang atau Minangkabau
4. Suku Kota X dengan Kepala Suku Datuk Mudo yang memimpin masyarakat yang berasal dari Pulau-pulau bagian Utara dan Barat Laut yang terdiri dari sepuluh kota.
5. Suku Barat dengan Kepala Suku Ketek yang memimpin masyarakat yang berasal dari Selatan dan Tenggara seperti Palembang, Bugis, Bengkulu dan Indopuro.
Keberadaan suku-suku ini digambarkan dalam Adat Istiadat yang dinamakan "Saok Limo" yaitu peralatan makanan yang disuguhkan kepada Marapulai (Pengantin laki-laki) yang ditaruh diatas baki dan ditutup dengan tudung saji. Sedangkan dibagian umum atau luar di lambangkan dalam "Paragat Tujuoh" yang merupakan bendera 5 suku ditambah dengan bendera Kerajaan yang terbuat dari kulit kayu ipuh yang dicincang dan satu lagi adalah bendera Merah Putih. Betapa besarnya keinginan Kemerdekaan itu, dimana pada setiap dilaksana kann medirikan rumah, pada setiap pertemuan tonggak dengan jerejak dan bandul selalu di buat cabikan kain merah putih sebagai alas pertemuan perkakas kayu perumahan tersebut.
Dalam ruang Seni Budaya juga diadakan hasrat kemerdekaan itu dalam irama Arak Patang Marapulai, bersama suguhan gosokan biola peninggalan alat musik Portugis itu dilantunkan irama lagu-lagu perjuangan seperti lagu Maju Tak gentar, dari Sanag sampai Merauke, Indone sia Raya dan lainnya.
Sangat cepat sekali kita mengenang BS Farmansyah Sutan Botok yang tewas ditembak senapan serdadu oleh seorang yang berasal dari Ambon ketika ia meng kan bendera Merah Putih yang kini tinggal peninggalan kenangannya yaitu Tugu Proklamasi Kemerdekaan.
Kemudian pada tahun 1720, pindah Mangaraja uhum dari Mandailing ke Ranah Nata. Sewaktu rombongan Mangaraja uhum istirahat di Tor Pangolat, mereka melihat suatu pemandangan "yang indah" yang dalam bahasa Mandailing disebut "Natar ..".
Sesampainya ke Ranah Nata merekapun menyebutnya "Natarida" yang berarti yang indah atau yang tampak itu. Sebenar nya nama Natar itu adalah sebuah tempat yang ada di Lampung Selatan yang berarti ladang atau tanah datar sebagaimana yang ditulis oleh Drs.P.Wayong dalam bukunya Nama dan Geog rafis / Toponym yang dinamakan oleh Gele Haroen.
Pada tahun 1760, Sutan Baginda Martia Lelo mengadakan perjanjian dengan VOC di Ranah Nata yang dihadiri oleh Abraham Moashell (Resident Nias) yang disusul dengan masuknya bangsa Inggris untuk kesekian kalinya pada tahun 1762, dan saat inipun mereka memper kuat nama Natal untuk Ranah Nata dan sekaligus membuat peta Ranah Nata dalam Lintang Utara 32 "30" dan Bujur Timur 99 "5".
Pada saat inilah kolonial menguras rempah-remaph dari Ranah Nata termasuk lada di perkebunan lada Taluk Balai. Pada tahun ini juga saat datangnya Tuanku Rao dengan mengadakan Rapat Raksasa antara Minangkabau dengan Aceh untuk mengusir kaum penjajah dari Ranah Nata yang dibantu oleh tim laksmana Langkap dari Bugis. Kesepakatan Sulthan Alauddin Djoharsjah dengan Tuanku Rao dalam pengusiran penjajah sehingga berakhirnya sistem Pemerintahan Kerajaan.
Selanjutnya lahir seorang lagi calon Ulama Terkemuka Sumatera Utara, Syekh Abdul Fattah Mardia di Perlak Talas Kampung Sawah yang orangtuanya berasal dari Muaramais.
Adapun pemakaman beliau ada di Pagaran Sigatal Panyabungan, sedangkan pemakaman keluarganya termasuk istri beliau di puncak Bukik Banjar Aceh, sekitar 100 meter dari Sumur Batu.
Sebelum berakhirnya masa Pemerintah, pada tahun 1823 Ranah Nata masuk Residensi Tapanuli Selatan. Pada akhir-akhir masa Kerajaan, Sutan Muhammad Nata dibuang ke Sibolga (sebenar nya Siboga) kemudian masuklah dalam pemerintahan Noordelijk Afdeeling nd Wester n Kust Sumatera yang diperintahi oleh Posthouder AHIn'tveld dan ditahun 1831 menjadi pemerinta han Civil & Militer yang diperintahi oleh Asisten Letnan Dresse.
Tahun 1833, anFederation Mandailing, Radja Gadombang datang ke Ranah Nata untuk me minta Belanda meninggalkan Ranah Nata dan masuk ND Air Bangis pada tahun 1837 yang di perintahi oleh seorang kontler. Empat tahun kemudian dibukalah jalan dengan pembangunan yang diawasi oleh JAGodon dan kemudian Ranah Nata dipimpin oleh Tuanku Sutan Salim. Pada waktu inilah Edward Douwwes Dekker menjadi kontler di Ranah Nata sehingga terjadi dua kepemimpinan, kemudian Ranah Nata berobah dan masuk ND Resident Tapanuli sampai tahun 1906. Kemudian pada tahun 1855, Sutan Muhammad Shaleh menjadi Tuanku Ranah Nata yang ke - 10 sampai tahun 1876.
Pada masa inilah Syekh Abdul Malik Baleo Nata pergi naik haji ke Mekkah, AW van Ophuysen si penulis bahasa Indonesia itu menjadi kontler di Ranah Nata dan pada tahun 1862, Willem Iskandar bersama Jellinghaus (resident Mandailing Angkola) datang bermalam di Rumah Gadang Ranah Nata.
Tahun 1864, WR Devidson membangun Tangsi Hitam yang kini telah berobah menjadi Rutan Natal, dan pada tahun 1886 seorang berkebangsaan India yang bernama Ahmeed Sharkani bersama Si Tiuk memperagakan tarian daerah Ranah Nata dalam pelantikan Raja ke-11 Tuanku Muhammad Arif gelar Tuanku Pansiun.
Pada tahun ini mulailah munculnya beberapa Seni Tradisional Dendang Asli (Sentra Deli), baik Seni Tari Ranah Nata (Sentana) maupun Seni Lagu Daerah Pesisir Nata (Selada Pesta). Dalam Sentana diperagakan tari Bungkuy, Barampek, Payung, Salendang, Pirieng dan Inai, sedangkan dalam Selada Pesta dilantunkan lagu lagu Sikambang, Sagu Jauo, Perak-perak, Simambang, Sarunei Aceh, Pulo Pinang dan Sinandong.
Pada tahun 1907, Ranah Nata masuk Afdelling Natal Batangnatal merek Natal dibawah pimpinan GF Schuten dan tahun 1911 berdiri Sekolah Polisi Pertama di Sumatera yang sekarang menjadi SD Negeri No.142704 Natal.
Kemudian pada tahun 1921 berdirilah Djamijatul Chairijah dengan madrasahnya "Soeboehoel Chair" yang kemudian berganti nama Madrasah Budi Bahagia, kemudian Madrasah Raudhatul Ilmiyah (saat penulis belajar) dan kini menjadi Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 20 Natal yang pada saat itu, Ranah Nata diperintahi oleh Demang Baginda Indang Sabalaon yang mempimpin sampai tahun 1923.
Pada tahun ini juga berdiri kongsi dendang "Nata Saiyo" dibawah pimpinan Amin Gapuok dengan mendiri kan sebuah Taman sebagai tempat latihan menari dan berdendang. Kemudian pada tahun 1925, Ranah Nata diperintahi oleh Demang Ali Hanafiah dan tahun 1930, Ranah Nata masuk Ofdelling Natal batangnatal merek Natal, Afdelling Padangsidimpaun dengan kontler WD Centher L.Fontijne dan pada saat itu pulan Sutan Muhammad Amin (nenek Sutan Takdir Alisjahana) dibuang ke Bengkulu. Tahun 1937, Ranah Nata masuk Ofdelling Natal Batang natal merek Kotanopan dengan kontler DM Hottelle.
Kemudian pada tahun 1938, Muhammadiyah berdiri di Ranah Nata dengan kepemimpinan Tuanku mudo, BS Farmansyah Sutan Botok, Sutan khalifah, Matnasin Rabun dan Sutan Chaidir (Dewan Nagari Nata). Selanjutnya pada tahun 1939 menjadi sistem Kuria (Kedewanan) dan Dewan Negara dipegang oleh Tuanku Mudo Hidayatsyah.
Pada tahun ini Ranah Nata menjadi beberapa Kedewanan yaitu Nata, Batahan, Singkuang, Muarasoma, Aek Nangali dan Lingga bayu. Pada tahun 1942 sampai dengan tahun Kemerdekaan Republik Indonesia diperintahi oleh Gun Shai Bun yaitu Sodsida dan Nakasinji.
Dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Soekarno - Hatta, maka Ranah Nata dipimpin oleh Asisten Wedana antara lain H. Syariful Alamsyah (1946), H.Bardansyah (1948). Pada masa ini yaitu tahun 1949, Mayjen Sutan Nur Alamsyah meninggalkan Ranah Nata sesudah mendirikan Dewan Pertahanan yang diketuainya dengan wakil Sutan Oesman Sri Dewa, Tengku Zainal Abidin Tasya dan Tayamuddin dan penasehatnya adalah H.Abdul Aziz dan Taufiq Dahlan.
Pada tahun ini juga Tuanku Sutan Sri Dewa bersama Brigjen Syofyan Juned berlayar mengarungi Samudera Hindia ke Pulai Nias untuk mencari perbekalan. Pada tahun 1950, Ranah Nata masuk Kabupaten Tapanuli Selatan.
Kemudian Asisten Wedana dipegang oleh M. Sakti Hasayangan (1953).
Sebagai hidangan dalam Taplak kami tuliskan beberapa hidangan tulisan tentang Fakta Sejarah, Pendekar Ranah, Peninggalan Sejarah, Masakan Tradisional dan Seni Tradisional Dendang Asli Ranah Nata
Sumber Bacaa
01. Jhon Crawfurd; A Discriptive of Ned Indies.1856
02. DR.Hamka1974Antara Fakta dan Khayal Tuanku Rao
03. Shaff Ra Alisyahbana, 2000. Binjek
04. W .Marsden, 1874. Encyclopedia van Ned Indie.
05. Drs.Basyral Hamidi Hrp. 2001.Greget Tuanku Rao
06. Mahmud Bangkaru, 2001.Handbook to North Sumatera Indonesia
07. Majalah Tempo, 1984. Indonesiana.
08. Depdikbud Jakarta, 2000.Kamus Besar Bahasa Indonesia
09. Drs.Basyral HAMIDY Hrp. 2004 Madina nan Madani
10. Max Havelaar .Multatuli / HB Jassin. 1985
11. P.Wayong, -. Nama dan Geografis / Toponym.
12. Hj.Puti Balkis Alisyahbana, Natal, Ranah nan data
13. E.St.Harahap, 1960.Perihal Bangsa Batak
14. Syekh M.Idris M.Azhary,Qamus Idris al - Marbawiy
15. Sanusi Pane,1956. Sedjarah Indonesia 2
16. Shaff Ra Alisyahbana, 1992. Sejarah Ranah Nata
17. Sejarah Ulama Terkemuka Su.Utara IAIN Sumut. 1974
18. Shaff Ra Alisyahbana, 1999. Taman Ranah
19. Shaff Ra Alisyahbana 2008. Tas Pesta
20. Drs.Mardjani Martamin, 1985. Tuanku Imam Bonjol
21. M. Onggang Parlindungan. Tuanku Rao
Langganan:
Postingan (Atom)