Minggu, 27 Agustus 2017

Sejarah Kota Natal : Prakiraan dan Lama Kuasa II

Ranah Nata atau Natal mulai dikuasai oleh penjajah Belanda.
1823, Ranah Nata Masuk dalam keresidenan Tapanuli,
1830 di Ranah Nata dan Tapanuli ditempatkan posthouder, di Ranah Nata tempatkan Posthouder bernama A. H. Intveld.
1831 di Natal di Mulai Pemerintahan Semi Militer dengan jabatan Civil Militer kommandant berpangkat Letnan satu, asisten letnan Dresse.
1833, Ranah Nata / Natal, Tapanuli dan Air Bangis disatukan menjadi satu Afdeeling yang bernama Noordelijke Afdeeling dengan Ibu Kota nya Ranah Nata (Natal).
1836, Arsitektur pemerintahan Noordelijke Afdeeling mengalami perubahan. Statusnya dinaikkan menjadi Asisten Resident dan wilayah ditambah Rao.
- menurut tijdschrift, voor Neerland's Indie Jrg 2, 1839. Di Ranah Nata terdapat 6 suku, yaitu : Minang Kabau, Suku Barat, Suku Padang, Suku Bandar 10, suku atjeh, suku Rao.
1840, status Ranah Nata diturunkan dari Asisten Resident menjadi Counteler.
30-11-1842, Eduard Doowes Dekker (Multatuli) menjadi Controleur Natal, selama menjabat Multatuli menjadi tempat curhat dan berkeluh kesah penduduk bahkan melakukan advokasi,
Karna dianggap tidak berpihak pada pemerintah Belanda, Multatuli di panggil ke Padang dan di bebas tugaskan dan di ganti dengan H. Dipenhorst.
1843 Eduard Doowes Dekker dipecat dari Controleur Natal.
Menurut De Sumatra Post, 18-03-1931 : Surat Dari Eduard Doowes Dekker telah di temukan dari Arsip Negara dan disimpan. Multatuli menulis surat dari 30 Nov 1842 - 25 Agst 1843.
1845, Ranah Nata masuk residen Air Bangis, sejak pemecatan Multatuli, pemerintahan Natal dikendalikan oleh beberapa controleur, tapi hanya sebatas  pejabat sementara.
1846, afdeeling Natal dimasukkan dalam ke Residentie Tapanuli.
Saat AP Godon menjabat di Afd. Mandailing en Angkola, jalan penghubung antara Tanobato dengan Pelabuhan Natal dibuka.
1852, Produksi kopi Mandailing dan Angkola mengalir ke Pelabuhan Natal, dan diteruskan ke Padang,
1853, JAW Van Opuijsen menjadi Controleur Natal,
1857, Ranah Nata mulai sepi kembali seperti tahun 1845, akibat dari dibukanya jalan darat penghubung Padang - Sibolga via Padang Sidempuan.
1862, si Sati ( Willem Iskandar) bersama Jellinghaus ( Resident Mqndailing en Angkola) datang dan bermalam di rumah gadang Ranah Nata.
1864, WR Devidson membangun Tangsi Hitam di Natal yang kini menjadi Rutan Natal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar